Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - -

Just share my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Ibu Saatnya Pencitraan

22 Desember 2019   12:38 Diperbarui: 22 Desember 2019   12:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 22 Desember adalah hari ibu nasional. Membicarakan hari ibu sebenarnya apasih yang dirayakan pada hari ibu. Apa hanya sekedar mengucapkan "Happy Mother's Day, Mom..!" yang diunggah di media sosial lengkap dengan foto bersama ibu. Saya sendiri tidak melakukan hal itu, bukan berarti saya tidak sayang atau tidak bangga dengan ibu saya tapi percuma karna ibu saya ga punya akun social media apapun.

Lagipula hanya saja menurut saya agak gak balance aja ketika kemesraan dengan orang tua diunggah di social media pada saat event tertentu namun aslinya mungkin saja sebenarnya tidak terlalu dekat dengan ibunya bahkan cenderung cuek. Dan yang paling ironi banyak yang lebih patuh atau lebih takut sama pasangan ketimbang sama ibunya sendiri. Ketika bolak-balik lapor sama si dia posisi lagi di mana, izin sama si dia mau pergi kemana tapi sama oramg tua terkadang bohong dan ga suka kalau ditanya, trus jarang kasih kabar. Jadi jangan pecitraan di sosmed saja tunjukanlah kasih sayang setiap hari. Tak perlu setiap hari bawakan oleh-oleh tetapi setidaknya seringlah berkomunikasi.

Kenapa lebih takut kehilangan orang lain daripada takut dosa sama orang tua? Orang lain dibela mati-matian padahal kalau terjadi sesuatu keluargalah yang berdiri paling depan terlebih orang tua. Kita tanpa disadari cenderung melakukan totalitas guna memberikan yang terbaik untuk orang lain agar dianggap well service, agar dianggap perfeksionis, agak dianggap cemerlang, agar dianggap idaman, agar dianggap paling asik.

Kesempurnaan itu dilakukan di hadapan pasangan, di hadapan teman-teman, bahkan di hadapan mertua atau calon mertua, dan di hadapan atasan dan sebagainya. Tapi di situ kita gak sadar sebagai anak nyatanya ga begitu banget ke orang tua. Kita jadi pribadi yang wow cuma di depan orang biar dianggap. Kita melakukan itu karna ada maunya. Sekali lagi tanpa disadari kita itu FAKE. Kita sering ngomongin orang si anu itu bermuka dua. Di depan ngomong A nanti di belakang ngomongnya ABCD. Ya oke kalau kita memang merasa bukan orang yang fake karena tidak pernah berbicara dengan lidah bercabang namun sekali lagi tanpa kita sadari bertingkah dengan tindak tanduk yang berbeda untuk maksud tertentu sama saja kita juga fake alias palsu.

Sebenarnya sah-sah saja ketika kita berusaha untuk menyenangkan orang lain namun terkadang kita lupa untuk jangan terlalu berlebihan apalagi sampai mengesampingkan keluarga. Contohnya royal ke teman-teman traktir sana sini, belikan pasangan barang mahal, makan fine dining tapi di rumah pelit banget terutama sama orang tua. Orang tua tidak pernah diberi uang.

Contoh lagi di depan pasangan patuh banget. Mungkin lebih tepatnya ngebabu. Kalau sudah nikah wajar saja tapi yang masih pacaran terkadang belum suami istri sudah terlihat hidupnya penuh pressure siap siaga antar jemput hujan badai dilewati, pagi malam dihajar. Harus cepat sampai kalau tak mau kena omelan. Giliran ibunya minta antar ke pasar seribu alasan. Yang cewe juga gitu mau disuruh apa saja karena takut diputusin. Sebenarnya apa yang ditakuti? Sudah begitu banyak terlanjurnya kah sehingga begitu takutnya diputusin. Terlanjur apa? Ya bisa terlanjur apapun. Giliran dinasihatin marah padahal kita melihatnya toxic banget. Kemana-mana harus lapor, izin, share loc, foto, kalau kurang percaya mesti video call. Giliran sama orang tua nyelonong ga ngasih kabar mau kemana, ga jujur pergi dengan siapa. Di depan camer baaaaiiikkk banget.

Orang tua pasti bangga anaknya bisa membawa diri tapi sekaligus nyesek karena aslinya di rumah ga seperti itu. Setiap orang memang punya hak dan cara masing-masing untuk promosi diri namun jangan sampai lupa tulus adalah yang terpenting untuk melakukan apapun, karena kepalsuan yang kita tanam maka kita juga akan memetik hasil kepalsuan juga. Silahkan mau jadi sempurna di mata orang tapi imbangi juga untuk keluarga tertutama orang tua. Family comes first. Jadi ga perlu ucapan selamat hari ibu di social media penuh dengan kalimat bijak tapi kalau cuma hanya untuk sebuah pencitraan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun