Mohon tunggu...
Elvi Murdanis
Elvi Murdanis Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan, Parenting, Remaja dan Sejarah. Sharing @elvimurdanis

Menulis membuat hidup lebih berkualitas dan bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak-Jejak Kebaikan Annisa

20 Juni 2020   04:46 Diperbarui: 20 Juni 2020   06:15 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anisa tersenyum. Ia senang melihat anak-anak sebayanya sudah ramai di rumahnya. Hari ini adalah hari perayaan ulang tahunnya. Acara yang diadakan adalah mengundang dan memberi makan anak-anak yatim, bukan pesta ulang tahun yang ada balon atau tiup lilinnya. Dan hebatnya, ide ini adalah ide Anisa sendiri padahal ia masih berusia 8 tahun dan baru kelas 3 SD. Setiap kali pulang malam dari rumah Oma dan Opa, ia pasti melihat pemandangan yang membuat hatinya iba dan sedih. Dilihatnya banyak pengemis, gelandangan dan anak-anak terlantar tidur di emperan toko-toko yang sudah tutup. Tanpa selimut dan ada juga yang tanpa alas. Karena itu, di hari bahagianya ini, ia ingin berbagi kepada mereka, walau mungkin hanya sedikit yang mampu ia bagi.

"Selamat ulang tahun ya, sayang," kecup Mama dan Papa mesra di kening Anisa, kemudian memeluknya begitu hangat. Bang Hamdan, Opa dan Oma juga bergantian mencium dan memeluknya. Setelah itu barulah anak-anak yang lain menyalaminya satu persatu.

Selain mengundang anak-anak yatim, Anisa juga tidak lupa  mengundang teman-temannya. Tanpa kehadiran teman-temannya, rasanya tak lengkap kebahagiannya, begitu pikir Annisa.  Ia juga sudah menjelaskan kepada teman-temannya kalau acara ulang tahun yang ia adakan bukanlah ulang tahun yang ada  tiup lilin atau pecah balonnya, tapi hanya mengundang dan memberi makan anak-anak yatim supaya teman-temannya tidak kecewa nantinya. Acara yang paling ditunggu Anisa adalah pemberian amplop dan makanan sekedarnya kepada anak-anak yatim itu. Selama memberikan amplop dan makanan, diam-diam Anisa memperhatikan anak-anak yatim di hadapannya. Wajah mereka begitu gembira dan bahagia menerima apa yang ia berikan. Semakin bertambah bahagia Anisa melihatnya.

"Adik-adik, jangan dilihat dari isinya ya, tapi lihat dari niat dan keikhlasan yang memberi. Semoga pemberian kami yang tidak seberapa ini, bisa bermanfaat bagi adik-adik sekalian dan membawa berkah bagi kita semua," kata Kak Hamdan penuh semangat. Ia menatap kakaknya bangga. Baginya, abangnya yang baru usia SMA itu adalah remaja  yang dewasa dan bijak yang selalu memberinya ide-ide baru dan segar. Membuat pengetahuannya semakin maju.

Tiba-tiba ia ingat pesan yang diucapkan Opa suatu sore.

"Nisa, kalau Nisa ingin bahagia sampai akhir hidup Nisa, memberilah sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya". Anisa termenung mendengar kata-kata Opa wajtu itu. Sekarang baru ia rasakan arti dari perkataan Opa. Bahkan sekarang ia sudah merasakan kebahagiaan yang dimaksud Opa, pada hari ulang tahunnya ini, ketika ia memberi dengan ikhlas dan tulus.

Setelah acara itu Anisa menjadi semakin bersemangat dan ceria dalam menjalankan kegiatannya. Setiap hari yang dilaluinya adalah hari-hari yang menyenangkan dan menantang. Anisa selalu penasaran terhadap hal-hal baru yang ditemuinya. Ia selalu menanyakan hal-hal baru itu sepulang sekolah dan kadang-kadang sampai membuat Mama, Papa, Bang Hamdan, Opa dan Oma kelabakan menjawabnya. Jika sudah begitu, maka Bang Hamdan akan mengajaknya ke toko buku atau perpustakaan umum untuk mencari jawabannya. Ia akan langsung  memberikan buku yang berkenaan dengan pertanyaan Anisa kepada Anisa, agar adiknya itu terbiasa untuk belajar mencari sendiri jawabannya dari buku dan memahirkan kemampuan membacanya. Karena Anisa juga gemar membaca, ia tidak keberatan dengan sikap abangnya itu. Selesai Anisa membaca, maka Hamdan akan menjelaskan lagi apa yang dibaca Anisa agar adiknya semakin pintar dan paham. Di sekolah Anisa masih terus bertahan di posisi rangking satu.

Anisa juga murid yang mudah bergaul dan banyak disenangi guru-guru dan teman-temannya. Ia tak sungkan-sungkan menolong temannya yang sedang kesusahan. Ia juga rela berbagi makanan kepada temannya yang tidak jajan.

"Walau hanya sedikit kita harus berbagi. Kalau tidak bisa membagi, lebih baik jangan dimakan di depan orang, itu akan membuatnya sedih karena kita makan, ia tidak,"  Anisa teringat pesan Mama. Mama selalu mengajarkan untuk berbagi meski yang kita miliki hanya sedikit. Supaya jika Anisa besar nanti tidak menjadi orang yang pelit. Ia juga tidak pernah marah bila diganggu temannya. Ia hanya tersenyum dan malah memberi tahu temannya kalau yang mereka lakukan adalah salah. Awalnya mereka tidak terima. Tapi karena kebaikan hati Anisa dan tidak pernah lelah menasehati teman-temannya yang nakal, mereka pun lama kelamaan malu dan bersikap baik pada Annisa dan murid-murid lainnya.

Anisa selalu dijemput oleh Bang Hamdan sepulang sekolah karena letak sekolahnya yang jauh dari rumah. Sambil menunggu, ia dan teman-temannya selalu bermain-main dan bercanda bersama. Sekolah mereka yang di depan jalan raya, membuat mereka hanya bisa bermain di sekitar lapangan sekolah yang bercampur dengan lapangan olah raga. Saat mereka semua sedang asyik bermain kejar-kejaran di lapangan sekolah, tiba-tiba saja karena ketakutan tertangkap, seorang teman Anisa tanpa sadar berlari ke luar pagar. Anisa yang sedang tidak ikut bermain, melihat sebuah mobil sedang melaju kencang dari kejauhan, spontan ia berteriak, namun temannya itu tidak mendengar. Ia asyik tertawa karena lepas dari kejaran temannya yang lain. Anisa tidak dapat menahan diri, mendadak ia berlari ke arah temannya. Dan tiba-tiba mendorong temannya, sehingga malah ia yang tertabrak mobil itu. Sebentar saja, ia sudah tergeletak berlumuran darah di tanah.

"Nisa....." teman-teman yang lain berteriak histeris. Guru-guru berhamburan keluar dan mengangkatnya. Ia langsung dibawa ke rumah sakit. Teman-temannya menangis terisak melihat Anisa yang pingsan dan bersimbah darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun