Mohon tunggu...
Oki Muraza
Oki Muraza Mohon Tunggu... profesional -

Catatan perjalanan guna merekam jejak cita-cita.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menunggu 'Kampanye' Energi Alternatif

18 Juni 2013   06:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:51 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari ini mau tidak mau, suka tidak suka, obrolan kita di warung kopi, di ruang makan keluarga; tak jauh dari topik bahan bakar minyak (BBM). Dengan kesadaran bahwa minyak bumi adalah komoditas yang mahal dan Indonesia bukan lagi negara kaya (minyak bumi), hendaknya bahan bakar alternatif untuk transportasi segara dibangun lebih serius, entah itu bahan bakar gas (seperti India), bahan bakar nabati/biofuel (dengan catatan hanya yang berasal dari bukan bahan pangan, seperti minyak Jarak/Jatropha curcas), ethanol campuran, dan seterusnya.

Sementara itu, untuk kebutuhan energi yang non-transportasi, perusahaan listrik harus segera menjauhi BBM, listrik harus lebih banyak 'dibangkitkan' dengan sumber daya alam (SDA) yang masih melimpah ruah di bumi nusantara: panas bumi, gas dan batu bara. Untuk mempelajari dan menguasai aset SDA itu semua, biaya riset negara kita harus ditambah, alokasi penelitian yang 0.1% dari GDP masih jauh dari memadai. Pemerintah hendaknya membuat pusat penelitian yg dekat dengan SDA atau dimana mudah mendapatkan tenaga ahli, misalnya:  bahan bakar gas (UI, UGM, UnCendrawasih-->dekat dengan ladang gas Papua-), Bahan bakar nabati (ITB), panas bumi (ITS), batubara (UnMul, KalTim->dekat dengan ladang batubara-). Jika ada konsorsium nasional terkoordinir, lebih baik lagi. Pertamina, Medco dapat merangkul universitas milik bangsa sendiri yang pasti tidak ingin bangsanya bangkrut dan membaik ketahanan energinya.

O iya, BBM tetap harus diamankan untuk daerah-daerah, dimana hajat hidup orang banyak bergantung pada abang tukang ojek dan bapak supir angkot. Di banyak daerah, barang-barang kebutuhan rakyat banyak masih bergantung pada transportasi darat (Truk). Entah bagaimana caranya agar BBM bisa dipasok dengan murah di pedalaman Sumatra, di desa-desa di Sulawesi, di perbatasan negara/Kalimantan (pokoknya daerah2 yang memang BBM belum tergantikan), agar pak Tani tetap dapat mengirim anaknya ke sekolah, dan seterusnya.

*****

Catatan menunggu subuh dari seorang dosen mata kuliah "produksi BBM" dan peneliti Teknik Kimia, TKI yang galau akan nasib bangsanya.

Tepian Teluk Arabia, 18 Juni 2013

http://faculty.kfupm.edu.sa/CHE/omuraza/activities.html

Pustaka

[1] Energy Policy 21 (1) 1993) 43–52. Policy analysis of oil substitution by natural gas in India: Transport and industry sectors. J.P. Painuly, J. Parikh.

[2] International Journal of Hydrogen Energy 37 (1) (2012) 644–654, Hydrogen transportation in Delhi? Investigating the hydrogen-compressed natural gas (H-CNG) option, G.M. Morrison, R. Kumar, Sachin Chugh, S.K. Puri, D.K. Tuli, R.K. Malhotra.

[3] Resources Policy 37 (3) (2012) 368–374. Impact of different public E&P policies on natural gas reserves and production in Pakistan.

[4] http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/02/07/2/129302/Konsumsi-BBM-PLN-pada-2013-Berkurang-15-Juta-Kilo-Liter

[5] http://www.biomass-asia-workshop.jp/biomassws/07workshop/oral-c/Tatang%20H%20Soerawidjaja.pdf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun