Mohon tunggu...
Mas Muqoddasi
Mas Muqoddasi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Belajar, belajar dan belajar. :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila Musuh Agama?

20 Februari 2020   14:00 Diperbarui: 20 Februari 2020   14:00 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak perlu membahas secara dalam jika ingin mengetahui betulkah Pancasila itu musuh Agama, semua narasi jawaban yang di lontarkan banyak tokoh sudah jelas dan tidak ada satu pun yang berbeda. Yang membedakan hanyalah  jawaban secara tegas dan yang satunya samar-samar.

Kalau kita mau bermuhasabah dengan berfikir secara jernih  dan  perasaan yang tenang, kita harusnya menemukan secara jelas persoalan-persoalan yang membuat judul diatas begitu ramai diperbincangkan.  Apa itu, yang pertama; kemauan untuk membaca atau mendengarkan secara tuntas sangat kecil, apa lagi kita sudah ada kebencian terhadap yang mengatakan atau yang menulis, seakan tidak ada sesuatu pun yang benar dalam dirinya, dan itu juga terjadi sebaliknya terhadap seseorang yang cocok dengan dirinya.  

karena itu mari belajar bersama untuk tidak membuat kesimpulan apapun sebelum kita mendengar atau membaca sumber aslinya dengan menempatkan diri sesuai yang dinjurkan oleh Islam yaitu wasathiyah/Objektif. Yang kedua; kita lupa bahwa di Dunia terlibih khusus  Indonesia ada banyak ormas-ormas Islam yang teruji keilmuan dan sanadnya sampai Rasulullah Saw. 

Cohtoh saja yang besar di Indonesia ada MUI, NU, dan Muhammadiyah, dan ketiganya mengeluarkan fatwa atau himbaun terkait cara bermedia sosial. Pertanyaannya, sudahkah kita membacanya?, tidak perlu semua,  membaca salah satunya saja apakah sudah?  Kalau sudah alhamdulillah dan mari kita ikhtiyar dengan belajar serta  mempraktekkannya. Dan insyaallah jika melihat informasi memperhatikan poin diatas insyaallah kita lebih tenang dan tidak tergesa-gesa dalam menyikapi suatu informasi tersebut.

Mari kita lanjut dengan membahas ulasan judul diatas. Kita tidak membahas makna secara teks, jawabannya sudah jelas. Mari kita membahas itu sesuai dengan maksud yang dikatakan oleh Prof. Yudian Wahuyudi Ketua BPIP. Jika kita mendengar kelanjutan dari kalimat tersebut sesuai judul ada kalimat "pancasila bukan negara Agama maksudnya bukan DDII,  bukan negara sekuler maskudnya bukan PKI" dan kelanjutannya lagi ada kalimat "pancasila itu religius dan sekuler sekaligus, dari sumber dan tujuan pancasila itu religius, kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah didalam kitab suci 6 Agama yang diakui oleh konstitusi, tapi untuk mewujudkannya kita butuh sekularitas bukan sekularisme". 

Mahfud MD juga pernah mengatakan " Indonesia bukan Negara Agama juga bukan Negara sekuler, tetapi Religius Nation satate atau negara kebangsaan yang berketuhanan" dala arti tokoh lain yang penulis  juga setuju" Indonesia adalah Negara yang beridiologi Pancasila dan warganya beragama"  begitupun yang dikatan ustadz Zaitun Rahmin dalam ILC "menekankan bahwa Pancasila itu bukan Toghut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami".

Dengan pertimbangan sebagaian tokoh-tokoh diatas dan tokoh-tokoh lain yang tidak perlu penulis tulis, secara perinsip penulis setuju dengan apa yang dimaksud dengan dengan apa yang dikatakan Prof. Yudin Wahyudi, tetapi secara pengucapan lafal sesuai judul jauh dari kata setuju. Kalimat yang pas hasil diskusi dengan beberpa tokoh adalah " musuh besar Pancasila salah satunya adalah pemahaman ekstrimis dalam beragama, ekstrimis kanan (radikal) contoh ISIS, dan ekstrimis kiri (Liberal) contoh Negara Barat yang melegalkan LGBT. dan dari keseluruhan wawancara di detik ada beberapa lagi yang kurang sesuai, salah satunya mencontohkan Pilihan Ulama tertentu dalam menentukan Cawapres sebagai salah satu yang merusak Pancasila.

Sebagai warga yang baik terutama muslim mari kita biasakan belajar mencerna informsi itu secara wasathiy/Objektif, sesuai dengan kaidah-kaidah yang dikeluarkan oleh orang/Lembaga yang terpercaya sanad keilmuannya sampai Rasulullah Saw. Dengan begitu insyaallah pemahaman kita terhadap suatu informasi bisa menjadi alat pengembangan diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita bagian dari orang-orang yang terus belajar untuk memperbaki dan mengembangkan diri dalam era begitu cepatnya arus informasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun