Inilah fenomena yang terjadi pada media daring saat ini, kemudahan dan fasilitas yang tersedia turut memancing beberapa pihak untuk membuat blog dan portal berita dengan dorongan berbagai kepentingan.
Bahkan tak jarang kita temui portal berita yang nyaris seratus persen konten beritanya hanya menjadi alat kepentingan dan corong pemiliknya. Menjadi panggung pencitraan sekaligus menjadi media yang sangat efektif untuk men-downgarade pihak yang dianggap lawan.
“We live in a world where there is more and more information, and less and less meaning” . Tepat apa yang dikatakan sosiolog asal Perancis, Jean Baudrillard. Kita lagi berada dalam kepungan arus informasi namun lebih banyak yang tidak bermanfaat.
Menyadari pengaruh media sebagai instrumen yang sangat efektif untuk mempengaruhi opini publik, tak jarang beberapa pihak kemudian menggunakan media untuk mereproduksi konten informasi yang menyudutkan dengan target dan tujuan tertentu.
Festifalisasi sebuah kasus dengan duplikasi secara berulang secara terus menerus akan mempengaruhi dan menggiring opini publik, meskipun secara substansi lahir dari pemikiran yang sangat subyektif dan kebenarannya belum benar-benar teruji. Akibatnya sebuah informasi keliru jika ditayangkan secara masif dan trus menerus akan menjadi seolah benar.
“Siapa pun yang mengendalikan media akan menguasai pikiran masyarakat.” Itulah kalimat yang sering kita dengar, bagaimana power media yang sangat besar mampu mengubah dunia.
Saat ini distorsi dan manipulasi konten media tidak lepas dari peran propaganda dan kepentingan. Lantas siapa yang bisa menjalankan fungsi kontrol terhadap media? Kita lah, masyarakat yang harus bersikap kritis, membaca dengan cerdas memilah dan memilih. Mana media yang profesional menjalankan peran mana yang bekerja tanpa etika.... (Munir-Pemerhati Media)