Mohon tunggu...
Muhammad MunifHasbi
Muhammad MunifHasbi Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa UIN jakarta

semoga selalu sehat dan baik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bukan Surat yang Terkirim Melainkan Banjir

31 Maret 2020   19:44 Diperbarui: 31 Maret 2020   19:49 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tulisan ini sebetulnya saya tulis sebagai keluh kesah saya dan beberapa kawan saya yang tinggal di komplek Villa Pamulang di pinggir Sungai/Kali Angke. Kali/Sungai  Angke adalah  Sungai sepanjang 91,25 kilometer (56,70 mi) yang berhulu di Kelurahan Menteng dan Cilendek Timur di Kota Bogor, Jawa Barat. Sungai ini selanjutnya melewati wilayah Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan bermuara di Jakarta Utara di wilayah Muara Angke. Sungai ini tidak pernah kering selama musim kemarau, karena berhulu langsung di wilayah yang banyak berhujan di daerah Bogor.

 Keluh kesah yang ingin saya sampaikan disini adalah mengenai banjir. Kalian tau banjir? Yang Bahasa inggrisnya " flood " itu lho, pasti tau dong dengan fenomena alam yang lumayan nyebelin yang terjadi di Indonesia. Banjir bagi warga daerah tempat saya tinggal sudah dianggap seperti lebaran yang setiap tahun hampir dipastikan terjadi. dari pertama saya tinggal disini, tercatat  banjir paling parah terjadi pada tahun 2002 yang ketinggiannya mencapai hampir 2 meter. Cukup tinggi yaa.

Walaupun sudah biasa menangani banjir, warga tetap kesal terhadap banjir yang melanda. Pasalnya hampir rata -- rata banjir yang di alami oleh warga sekitar adalah banjir kiriman. Udah pada tau apa itu banjir kiriman? Dilansir dari Vice.com "Kami bertanya pada pakar tata kota, Nirwono Yoga supaya menjelaskan istilah "banjir kiriman". Menurutnya istilah tersebut merujuk pada kondisi banjir yang disebabkan luapan volume air sungai karena hujan deras di tempat lebih tinggi seperti Puncak atau Bogor. Banjir kiriman terjadi karena daerah hulu tidak lagi mampu menyerap air dengan optimal, sehingga volume curah hujan berubah menjadi aliran yang mencapai permukaan".

Warga kesal lantaran banjir seperti ini tidak dapat diprediksi kedatangannya. " tiba -- tiba saja got -- got penuh dan pas saya cek kali eh udah penuh juga " - ucap beberapa warga yang sedang berkumpul lantaran air mulai naik memasuki halaman rumah. Diperparah lagi dengan munculnya lubang -- lubang kecil dari tanggul yang mempercepat masuknya air ke arah perumahan serta mobil atau anak -- anak yang tetap berkendara melewati banjir tersebut.

fenomena banjir ini juga kerap muncul beberapa hari lalu pada tanggal 18 maret 2020 diakibatkan tanggul yang jebol di perumahan BSI, Sawangan. Yang biasnya adalah aliran air dengan volume besar akibat hujan deras terus mengalir melewati perumahan villa pamulang yang berakibat banjir. Kesal terhadap banjir yang selalu melanda, mungkin lebih baik bagi kita untuk mulai melirik kembali mengapa fenomena ini terus terjadi, mengapa usaha -- usaha yang telah diperbuat seakan -- akan tak memberikan kemajuan yang signifikan guna menanggulangi masalah banjir tsb.

Kembali ke penjelasan diatas terkait istilah banjir kiriman, "hal tersebut terjadi karena daerah hulu tidak mampu menyerap air dengan optimal". Mengacu dengan apa yang saya lihat, sungguh hal yang wajar apabila daerah kami sering terkena banjir karena sungai terus menerus dipersempit demi pembangunan jalan dan rumah serta hilangnya pepohonan disekitar sungai guna menyerap serta memperkokoh tanah sekitar sungai/ kali.

Dilansir dari Kabarindonesia.com Menurut Lindon Pangkali, "penebangan kayu di hutan dan di sekitar kali bisa berakibat fatal sebab tidak ada penadah air hujan. Apalagi, tambah Pangkali, saat terjadi hujan tidak ada penadah (canopy) dan penyerap akar. "Hal ini menyebabkan air tidak bisa langsung meluncur ke kali atau sungai tetapi tertahan oleh daun dari pohon-pohon di pinggir kali," ujar Pangkali mantan staf Forester WWF Indonesia Regio Sahul Papua."

"Dijelaskan kalau terjadi penebangan pohon-pohon di tepian kali maka akan memberikan dampak bagi sungai atau kali. "Kiri kanan sungai akan terkikis atau erosi akibat lajunya air kali sehingga semakin besar dan terbuka. Begitupula akan terjadi sedimentasi sehingga kali-kali  makin lama akan dangkal dan ketika terjadi hujan akan meluap serta akan menyebar ke mana-mana karena sudah tidak ada lagi penyangga." tutur Pangkali.

Jadi menurut saya perlu adanya sosialisasi lebih dalam terkait penanggulangan banjir serta memperketat pengawasan atas lahan sekitar kali dari para oknum -- oknum yang ingin melaksanakan pembangunan di  lahan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun