Mohon tunggu...
muna warman
muna warman Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Terus Mengejar Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bidak yang Berpencar

28 Maret 2019   10:16 Diperbarui: 28 Maret 2019   12:20 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu

Gerombolan penuh komando, sentuhan rasa kasih sayang. Tak satu pun terpencar, pergi dan pulang berbaris mengikuti langkah.  

Tapi kini

Bidak bidak tumbuh berkembang, menelusuri waktu penuh terawang. Bagai kisah dalam wayang, ikatan terus makin hilang.

Bidak itu ada berlima, hilang satu tinggal berampat. Bila tali tak dipegang erat, retak kaca tak bisa dielak. Elang datang bisa menyambar, bila kasihan tak lagi diharap.

Bidak kini telah dewasa, beragam hidup mereka rasa.  Pikul bersama telah tiada, hancurlah wadah dalam kenangan. 

Kamu ya kamu, dia ya dia. 

Tanah Alas, 28/03/2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun