Mohon tunggu...
Munasyaroh Fadhilah
Munasyaroh Fadhilah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger, freelance, pengajar rumahan

Tulisan lainnya bisa dibaca di https://munasya.com dan https://bintangbrilliant.co.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Menghemat Uang dan Kertas saat Mengerjakan Skripsi

18 Mei 2023   13:24 Diperbarui: 18 Mei 2023   13:32 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: edit canva

Bagi yang pernah mengerjakan skripsi atau sedang mengerjakan skripsi aktivitas mahasiswa yang satu ini adalah salah satu bentuk perjuangan tak terlupakan. Ada banyak tragedi tanpa darah yang menyertai setiap langkah dan setiap lembaran kertas yang dibuat. 

Bukan hanya mencari referensi dan data yang sulit, tapi menyingkronkan pemikiran dosen pembimbing dengan keinginan kita itu juga bukan hal yang mudah. Apalagi jika dosennya susah ditemui, wah... itu bikin stres setengah mati. 

Setelah bertemu dosen pembimbing, pasti ada banyak coretan sana sini yang menghiasi lembaran-lembaran yang disodorkan. Harus nyari referensi lagi, harus mikir lagi dan mengetik ulang lagi.

Bagi yang memiliki laptop atau komputer dan printernya, urusan nulis dan cetak lembaran kertas tidak pernah menjadi masalah. Tapi bagi yang gak punya perangkat elektronik ini, tentu pengeluaran jadi bertambah. Harus pergi ke rental komputer yang biayanya dihitung per jam. Belum lagi biaya cetaknya. 

Bayangkan saja untuk mencetak satu lembar kertas jaman saya kuliah dulu, biayanya sebesar Rp. 750. sementara untuk fotocopy 1 lembar Rp 100. Kalau di kali 100 lembar. Jadinya 75.000 untuk 1 skripsi yang tanpa revisi. Nah kalau sudah dicoret-coret dosen, biaya cetaknya jadi makin bertambah. Karena sering bolak balik nyetak. 

Mungkin uang 75.000 bagi mahasiswa sekarang terbilang relatif kecil. Tapi bagi saya dulu itu sudah sangat besar. Perbandingannya adalah dulu ketika saya sedang membuat skripsi, harga bensin masih Rp 3.000 per liter. Itu bisa dibuat 2 hari pulang pergi kuliah. Beda dengan harga bensin sekarang yang 12.000 per liter. Untuk biaya cetak atau ngeprint sekarang hanya RP. 300 sd Rp 500 perlembar. 

Dengan perbandingan harga seperti itu nilai uang yang saya keluarkan untuk pembuatan skripsi jauh lebih banyak dibandingkan dengan nilai uang sekarang. Beruntung, dirumah dulu sudah ada komputer, milik ayah saya sehingga bisa mengetik skripsi sendiri. Tapi untuk ngeprintnya masih harus ke rental.

Untuk mengakali supaya tidak ngeprint berkali-kali. Saya hanya ngeprint kertas skripsi yang dicoret-coret dosen. Kertas yang bersih tanpa coretan tidak saya print ulang. Namun demikian terkadang masih perlu rombak sana sini karena coretannya mempengaruhi jumlah halamannya. Halaman yang tercetak jadi tidak urut lagi. 

Jika sudah demikian, yang saya lakukan adalah mentip-x nomer halamannya saja yang nyempil dibawah, lalu memasukkannya ke printer. Layar Komputer dibuat bersih, tapi ada nomer halaman yang di tulis sesuai nomor halaman yang diinginkan. Kemudian di print. 

Taraaa... Kertas lama dengan nomer halaman baru sudah selesai dibuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun