Mohon tunggu...
dhuL.idhuL
dhuL.idhuL Mohon Tunggu... with all of my heart, do the best for Him.... -

Masih mengumpulkan berbagai novel, masih menyukai warna hijau dan sedang belajar menulis di sela-sela menikmati hidup pemberianNya :) Intinya, saya sedang bersyukur !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Pengantar dari Buku Awareness: Bangun !

20 Februari 2016   09:22 Diperbarui: 20 Februari 2016   14:41 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Wake up !” menjadi pengantar utama yang diangkat oleh Anthony de Mello dalam buku awareness-nya. Dia mengajak pembacanya untuk bangun. Saya tertarik membaca buku ini semenjak membaca sedikit ulasan dari teman di blog-nya beberapa bulan yang lalu. Saya mencoba mencari buku dalam terjemahan bahasa Indonsianya namun sampai sekarang belum mendapatkan (kalau ada yang punya, boleh dong hihihihi). Kemudian saya surfing di internet dan akhirnya mendapatkan e-book dalam bahasa Inggris. Saya bukan ahli bahasa, apalagi bahasa Inggris, jadi sebenarnya mengunduh buku ini hanya sebatas mengunduh saja, tanpa berniat membacanya karena English. Akan tetapi, karena terdorong oleh rasa penasaran saya pun akhirnya membacanya dengan tertatih-tatih *halah*.

Pada bagian awal, Thony mengajak pembaca untuk menyadari alasan yang sebenarnya mengapa manusia harus bangun, apakah mereka tertidur? Jawabannya, iya, kita semua tertidur sehingga harus bangun. Hal ini digambarkan dengan sebuah kisah tentang seekor Elang. Seorang laki-laki menemukan telur elang dan menaruhnya pada sarang ayam yang bertelur. Elang itu bertumbuh bersama induk dan anak-anak ayam itu. Dalam seluruh kehidupannya, elang melakukan apa yang ayam-ayam itu lakukan, berpikir layaknya ayam. Dia mengais tanah untuk mendapatkan cacing-cacing dan seranggga. Dia berkokok. Dan dia mengepakkan sayapnya dan terbang rendah di udara. Tahun berlalu dan elang itu menjadi tua. Suatu hari ia melihat burung yang besar terbang di atasnya di langit yang berawan. Terlihat jelas burung ini gagah sekali, kuat melawan arus angin, dan kekuatan sayapnya terlihat kokoh. Elang tua itu bertanya pada temannya, “siapa itu?”. Lalu temannya menjawab “itu burung elang, raja dari segala burung. Dia pemilik langit. Kita pemilik bumi, karena kita ayam". Lalu, si elang tua itu hidup dan mati sebagai ayam, karena demikianlah dia berpikir tentang dirinya.

Gambaran hidup manusia yang tidur adalah hidup yang tidak sadar tentang siapa dirinya. Oleh karena itu, manusia harus bangun. Mengapa bangun? Karena bangun merupakan langkah awal untuk menjalani kehidupan ini. Bangun merupakan langkah awal dimana kita meninggalkan comfort zone kita untuk memasuki the other zone. Hal inilah yang menyebabkan, bangun menjadi kegiatan yang dibenci manusia, manusia lebih senang berada di kasur, entah sedang tidur ataupun hanya tiduran. 

Thony bercerita lebih lanjut.  Di Spanyol dia mendengar cerita tentang lelaki yang mengetuk pintu kamar anak laki-lakinya. “Jaime”, katanya, “bangun!”. Jaime menjawab “aku tidak mau bangun, Pa”. Si Ayah berteriak, “bangun, kamu harus pergi ke sekolah”. Jaime berkata, “aku tidak mau pergi sekolah”. “kenapa tidak mau?”, tanya ayahnya. “tiga alasan”, kata Jaime. “pertama, karena sangat membosankan; kedua, anak-anak menggodaku; dan yang ketiga, aku benci sekolah”. Dan ayahnya berkata, “baiklah, aku akan memberimu tiga alasan mengapa kamu harus pergi ke sekolah. Pertama, karena itu adalah kewajibanmu; kedua, karena usiamu 45 tahun dan yang ketiga, karena kamu adalah kepala sekolah. Bangun, bangun! Kamu harus bertumbuh. Kamu terlalu besar untuk tertidur. Bangun! Berhentilah bermain dengan mainan –mainanmu."

Cerita itu menjadi gambaran kedua yang disampaikan oleh Anthony de Mello dalam rangka menggambarkan bagaimana nyaman ketika kita tidur. Tidur yang tidak hanya selalu menutup mata lalu bermimpi, tidur yang juga dalam kondisi terjaga namun tetap berada di kasur/tempat tidur untuk bermalas-malasan. Ketika bangun, kita akan meninggalkan kenyamanan kita, meninggalkan ketenangan kita untuk mengalami realita yang sedikit tidak nyaman.

Ketertiduran memenuhi semua kehidupan manusia. Hal ini ditandai dengan anggapan bahwa semua yang ada di kehidupan kita adalah baik-baik saja, tanpa masalah pun tanpa kekacauan. Apakah benar seperti itu? Lalu apa salahnya jika kita tertidur, berada di kehangatan selimut dan empuknya kasur kita?

 

**tunggu berikutnya..saya mau bertatih-tatih lagi membaca Awareness** :D

Pojok Ruang Kaca

-dhul-

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun