Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

45 Tahun Perjalanan, Kebersamaan dan Perjuangan, Reuni Akbar UGM Angkatan 77

17 Juli 2022   17:05 Diperbarui: 17 Juli 2022   21:26 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Perjalanan panjang, waktu menyertai, mengiringi  menjadi saksi kebersamaan, persahabatan dan perjuangan.

Tahun 1977 adalah tapak awal perjalanan. Mulai menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Kini, 45 tahun kemudian para pejuang bahtera kehidupan itu akan kembali ke Yogya, sejenak pulang. Menjenguk rahim Almamater yang puluhan tahun lalu telah memberikan bekal ilmu, wisdom dan juga dasar sikap menghadapi realitas yang tak selalu bersahabat.

Terbayang kembali di pelupuk mata, hijaunya Kampus Biru Bulak Sumur. Gedung Pusat bergaya eklektik Jawa - Eropa, berhalaman rumput menghijau dengan tujuh pohon cemara tegak menjulang. Gunung Merapi melatar belakangi. Puncaknya tak jemu mengepulkan uap panas kelabu ke udara. Seolah asap sesaji, melayang - layang misterius di angkasa.

Padepokan Bulak Sumur memang mempesona, bak fantasi.

Ah... 45 tahun terasa begitu cepat berlalu. Ternyata kebanyakan para punggawa 77 itu yang dulu begitu lugu kini tlah bercucu. Sang waktu tak pernah berhenti berlari...... Apapun yang terjadi.

Yogya dan Bulak Sumur, di sudut - sudutnya tersimpan ribuan kenangan para mantan mahasiswanya. Yang kini tlah menua, mengancik usia senja.

Bulan Juli tahun 2022, para senior itu akan rame - rame kembali ke Yogya.... meriung dan tak lupa mengenang, meresapi memori lama yang tersisa.

Saya dan isteri yang juga alumni UGM angkatan 77 beda fakultas, merencanakan akan ikut bergabung pada acara 45 tahun reunian akbar angkatan 77 UGM, di Yogya.

Pagi itu duduk di beranda belakang, memangku cucu imut enam bulan. Memandangi gerak ikan Koi warna - warni berseliweran dinamis, berkecipak tak henti. Sesekali pohon Kamboja meluruhkan dedaunan kering kecoklatan, bunga putihnya beberapa mengiringi, melayang tersedot gravitasi jatuh ke bumi. Membatin, kitapun akan seperti bunga Kamboja itu, pada saatnya nanti akan tumbang pulang. Berkalang tanah menghadap Gusti yang kuasa. Entah kapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun