Usai sudah perjalanan hari ini. Hari yang panjang tersambung dengan hari kemarin saat berangkat. Rasa lelah merayapi badan. Karena hanya sempat istirahat sejenak. Tidur tidur Ayam di pesawat.
Santai menikmati makan malam di resto Hotel. Sayup sayup terdengar lagu slow India mengalun dari sound system. Mengingatkan lagu India sendu, Tum Hiho yang pernah dinyanyikan penuh penghayatan oleh Fildan. Peserta Dangdut Academy dari Bau Bau Sulawesi Tenggara. Di TV Indosiar beberapa waktu lalu.
Lepas makan malam, kami menyiapkan Koper kecil untuk pakaian dua malam. Besok pagi pagi sekali rombongan akan berangkat menuju kota Shimla. Kota di salah satu gugusan Bukit di kaki Gunung Himalaya. Rencana menginap dua malam disana.
2. Shimla
2.1 Road to Shimla
Pagi buta, Adzan Subuh mengalun. Bilal melantunkan Adzan dengan cengkok Masjid Nabawi Madinah. Meliuk liuk indah, mengumandang di langit pagi kota Delhi. Penanda bagi pelawat Nusantara untuk menegakkan Sholat Subuh pertama di India.
Selesai sarapan, koper koper besar dititipkan di hotel. Hanya menenteng koper kecil kami siap berangkat ke Stasiun Kereta Api. Memulai perjalanan panjang hari ini.
Bus wisata menjemput dan mengantar ke Stasiun. Menembus pagi berkabut kota Delhi. Jalanan masih lengang di kota berpenduduk 17 juta jiwa ini. Bus melaju lancar. Melewati gerbang  kota dan bangunan bangunan peninggalan masa lalu. Yang samar kelihatan dari jendela Bus tak bertirai. Memang di Delhi Bus dilarang memasang tirai. Entah karena ada persoalan darurat Kashmir saat ini. Atau memang sudah aturannya dari dulu.
Kurang lebih 300 meter berjalan, sampailah kami di pintu halaman Stasiun Kereta Api Delhi.
Masuk halaman Stasiun.....Alamak...
Suasana halaman ini seperti musim mudik menjelang Lebaran di Stasiun Gambir. Gegap gempita. Riuh rendah, kebak manusia.
Porter porter Stasiun berbaju merah mendekat. Menawarkan jasa mengangkat bawaan. Kami tidak memerlukan porter, karena hanya menenteng sedikit bawaan.