Hembusan Angin Cemara Tujuh 74
Bertemu masa lalu. Keluarga, sahabat, juga suasana masa silam seringkali membuat seseorang memperoleh semangat dan energi baru untuk menghadapi dan menyikapi kehidupannya.
Mendapat sudut pandang alternatif dari sisi lain, yang seringkali tidak terpikirkan sebelumnya. Setiap suku bahkan bangsa, rata rata memiliki budaya atau tradisi mudik secara periodik. Dengan bentuk dan corak seremoni yang berbeda beda. Pulang ke asal, ke kampung halaman, kumpul keluarga besar Trah atau mengunjungi petilasan leluhurnya.Â
Tradisi itu seolah menjadi bentuk Hijrah pada masa kini. Menjadi pembasuh kerinduan sekaligus katarsis dan injeksi aliran Energi baru. Mereguk kembali hikmah dan Wisdom masa lalu yang mulai meluntur. Menjadi semangat dan penguat untuk menghadapi segala macam persoalan masa kini dan peluang masa depan.
Sutopo menjadi orang yang tercerahkan. Memperoleh  semangat dan sudut pandang baru dari apa yang sudah dicapainya selama ini. Serta kemungkinan apa yang bisa disumbangkan untuk masa mendatang.
Sutopo selama ini seperti kebanyakan orang. Bawah sadar dan olah pikir yang terwujud dalam tindakannya lebih sering terfokus untuk kepentingan dirinya. Orang lain seolah hanya menjadi jembatan dan sarana percepatan saja.
Reuni, pertemuannya dengan teman temannya, para mantan pendaki merubah sikap dan mind set Sutopo. Dari setiap pagi berangkat ke kantor dengan semangat pencari Rejeki dan pengejar Karir, berubah menjadi Sutopo yang memenuhi panggilan hati untuk memberi kontribusi.
Kisah teman temannya yang sepanjang hidupnya hanya dipenuhi perjuangan untuk Survival, dari segala macam persoalan. Tanggungan biaya hidup, sembuh dari penyakit dan persoalan berat lain tiada habis habis. Menyadarkannya, betapa selama ini dirinya terlalu banyak menatap ke atas.Â
Kurang memandang dan berempati kepada teman serta komunitas di jenjang dibawahnya. Membuatnya terlupa, seharusnya dirinya mesti lebih mensyukuri nikmat begitu besar yang telah diberikan Tuhan dan Semesta kepadanya. Bersyukur tidak hanya sebagai kembang di bibir namun dalam tindakan nyata.
Bertemu dengan mbah Maridjan memberikan cermin. Melihat sosok nyata, orang yang memberikan contoh apa itu makna dan perilaku pengabdian. Sepi ing pamrih rame ing gawe, pamrihnya bekerja adalah untuk kemanfaatan orang lain.
Kemudian permintaan doa temannya untuk anaknya yang akan di wisuda, mengingatkan kembali kepada pelantikan dirinya belasan tahun silam. Mengingatkan makna dan nilai dasar spirit ke Sarjanaan yang dipesankan oleh Rektor pada pidato  pelantikan. Yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian di dunia nyata untuk kualitas kehidupan bersama yang lebih baik.