Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 71

2 Januari 2019   09:41 Diperbarui: 2 Januari 2019   09:49 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hembusan Angin Cemara Tujuh 71

Temannya, yang selanjutnya mendapat sebutan ledekan The Lost Boy, bercerita kenapa dirinya sampai ketinggalan di Pasar Bubrah.

Ketika mereka bersama sama turun dari puncak, saat melewati kawasan Pasar Bubrah, lost boy berjalan paling belakang. Ketika teman temannya berjalan cepat, tiba tiba tatapan Lost Boy tertuju pada kumpulan batu batu hitam sekepalan yang seolah berbisik memanggilnya. Batu batu hitam itu berkilat kilat tertimpa sinar Mentari. The lost boy menghentikan langkah, berjongkok menatap dan mengagumi batu hitam itu. Tak kuasa menahan diri, tangannya meraih sebutir batu paling bagus. Membayangkan Batu ini bisa menjadi hiasan, ornamen di meja belajar kosannya. Atau bisa juga di bawa ke tukang batu di pasar Sentul seberang Puro Paku Alaman, dipecah dan digerinda menjadi beberapa mata Cincin. Batu hitam berkilat sebesar telor bebek itu dimasukkan ke saku Jaketnya.

Selesai menyimpan Batu, The lost boy bergegas berdiri untuk mengejar teman temannya. Namun temannya, para pendaki itu sudah tidak kelihatan. Seolah menghilang tanpa jejak. Tidak ditemukan bekas tapak kaki yang bisa ditelusur. Lost boy berteriak berkali kali memanggil manggil. Tidak ada jawaban. Hanya sunyi dan kesiur angin gunung kering kersang. Teriakannya lenyap, ditelan kawasan tandus Pasar Bubrah. Di siang bolong nan terik itu, Lost boy merasa ketakutan. Tengkuknya mengkirik, Merinding.

Pasar Bubrah adalah kawasan kersang yang penampakannya bak gambar gambar permukaan planet Mars. Bagi Lost Boy tiba tiba kawasan ini seperti bernafas, bangun dan hidup. Suara bergeremang samar berdengung di telinganya. Lost boy panik dan segera berlari. Setengah sadar, pikirannya memberi instruksi kepada kakinya untuk berlari turun. Namun beberapa saat setelah berlari, List boy kembali ke tempatnya semula, disisi kumpulan batu hitam itu. Dengan nafas tersengal, dicobanya untuk berlari lagi. Turun turun turun. Menggedor, Pikirannya memberi perintah. Tetapi Lost boy frustrasi, karena kembali dirinya berada ditempat semula.

Setelah tiga kali berlari namun mengalami hal yang sama, List boy merasa ada yang mempermainkan dan menyesatkannya. The lost boy ketakutan dan putus asa. Pasrah, mencari tempat untuk berteduh, duduk di bawah naungan batu besar. Berlinang air mata, The lost boy hanya bisa ndremimil melantunkan doa panjang. Sampai Heru CS datang, menemukannya.

Heru minta Lost boy minum air bawaannya. Kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan puasa. Lost boy minum, membatalkan puasanya sedikit enggan. Digelontor air, tubuhnya terasa segar. Pikirannya menjadi agak jernih. Sutopo bertanya, apakah batu hitam yang diambil masih disimpan. Lost boy meraba raba Jaket, dan mengangguk. Sebaiknya ditinggalkan, taruh di tempatnya semula. Perintah Heru. Mendengar perintah itu, Lost boy seolah baru sadar dan mengerti. Batu itu dikembalikan ke tempatnya.

Kemudian Heru mengajak mereka bersama sama turun kembali. Heru berjalan paling depan. Tak berapa lama sampai di Padang, tempat teman temannya yang lain menunggu.

Sutopo menganalisa mengapa tadi, temannya The lost boy sampai tersesat kebingungan.Tidak bisa menemukan jalan untuk menyusul teman temannya. Analisa Pertama, List boy mengalami gejala dehidrasi, kekurangan cairan tubuh. Pikirannya menjadi kacau. Ketika dia merasa telah berlari menyusul rombongannya, sebenarnya kakinya tidak benar benar melangkah turun. Langkah itu hanya terjadi di dalam pikirannya. Fisiknya tetap berada di tempat. Karena dirinya memang tidak bergerak. Pikirannya yang kacau merasa seolah olah dirinya telah melangkah menyusul turun.

Analisa ke dua, memang kawasan Pasar Bubrah ini angker. Seperti banyak diceritakan orang. Ini Kawasan perdagangan, jual beli makhluk halus. Lost boy mengambil batu, tanpa ijin dan memberikan imbal balik. Transaksi bisnis belum selesai. Penunggu atau yang mbaurekso Kawasan ini tersinggung, marah. Lost boy di buat kebingungan, tersesat. Disorientasi arah. Tidak bisa meninggalkan demarkasi kawasan magis Pasar Bubrah.

Kalau saja Heru tidak berinisiatif menyusul, entah apa yang bakal menimpa The Lost Boy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun