Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 36

13 Juli 2018   10:36 Diperbarui: 13 Juli 2018   10:48 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seandainya penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman, niscaya mereka akan ikut melayang di dalam pesawat.

Beberapa detik pesawat itu terjun, diiringi teriakan semua penumpang. Barangkali seratus meter sudah pesawat ini terjun tanpa daya. Seolah tidak punya energi lagi mengendalikan dirinya sendiri.

Setelah beberapa detik dalam kekosongan, entah karena kondisi alam, atau doa para penumpang yang dikabulkan Tuhan, atau karena gabungan keduanya, pesawat itu tiba tiba tersentak ke atas.

Seolah bangun dari tidur, energi itu kembali. Pesawat itu mulai bertenaga dan menemukan kendalinya. Penumpang merasakan itu, dan timbul harapan tumbuh dari ketakutan.

Pesawat kembali terbang menembus awan gelap. Goncangan goncangan masih terjadi. Namun Awan gelap mulai berkurang. Tiba tiba bercak bercak keemasan sinar Mentari senja, terpancar cerah menerpa jendela pesawat. Para penumpak bersorak dan bertepuk tangan riuh. Puji syukur, lega, gembira, terharu, campur aduk mewarnai suasana didalam pesawat.

Begini rasanya lolos dari marabahaya, batin Sutopo. Tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya bisa berdoa dan pasrah. Ternyata begitu lemahnya manusia di semesta alam Tuhan ini.

Mendekati Brussel, langit senja semakin cerah. Akhirnya, setelah mengalami Turbulensi hebat dan  ketegangan luar biasa, Pesawat mendarat mulus di Ibukota negeri Belgia.

Di ruang tunggu bandara Brussel untuk penerbangan berikutnya, tiga sekawan itu duduk di kursi nyaman, dibawah naungan langit langit tinggi, metal metal bersilangan.

Sutopo masih merasa shock dengan pengalaman Turbulensi hebat tadi. Setelah minum air dingin dari Kran umum, Sutopo kembali duduk tepekur. Pikirannya kosong dan mulai menghimpun kembali, dua tahun kenangan perantauannya di Belanda.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun