*Hembusan Angin Cemara Tujuh 35*
Kawasan dipinggir Kanal di pusat kota ini adalah tempat umum. Orang bebas berlalu lalang disitu. Berdiri berderet di kawasan itu Hotel, Kantor, Restoran, Museum , bahkan Gereja tua antik di gerbang jalan.
Dua jalan utama berdiri di kiri kanan Kanal. Banyak lorong lorong kecil ranting dari dua jalan tadi. Suasana semakin meriah ketika sore tiba. Lampu berpendaran, dengan dominasi warna pink di sepanjang jalan dan lorong.
Ditengah Kanal, boat boat turis berseliweran dengan bunyi bunyi an dan teriakan teriakan tiada putus para penumpangnya.
Kawasan sea dyke atau Zeedijk adalah tempat umum sekaligus kawasan Red light. Orang rame lalu lalang laki perempuan, tua muda sekedar berjalan jalan atau memang berniat lain.
Mereka berenam berjalan berkeliling mengikuti kerumunan. Puspa, sembunyi sembunyi melirik kiri kanan dengan wajah semburat merah. Helen dan Marieska biasa biasa saja. Wikarya, Sutopo dan Deni celingukan penasaran, pingin tahu.
Berderet jendela kaca terbuka di sepanjang lorong itu. Sebagian jendela tertutup gordyn. Di dalam kaca terbuka, wanita dari seantero dunia, mejeng penuh gaya, mengumbar senyum dengan kostum seronok. Semakin sore, semakin riuh pejalan kaki dari berbagai bangsa lalu lalang. Oh begitu to, dalam hati mereka membatin.
Puspa marah marah, gara gara para lelaki temannya, pingin nonton live show di Zeedijk. Puspa tidak mau, ngancam mau pulang sendirian ke Rotterdam. Akhirnya, mereka berenam pulang ke Rotterdam sore itu. Nonton live Show batal. Pengalaman baru gagal terwujud. Disepanjang perjalanan Puspa manyun, tidak mau ngomong, bungkam dan jengkel.
Sore itu kampus mengadakan acara pertemuan dengan salah satu Menteri Belanda. Ternyata Menteri itu adalah Meneer Jan Pronk yang juga ketua IGGI, Inter Govermental Group on Indonesia.
IGGI didirikan tahun 1967, adalah organisasi Perkumpulan beberapa negara, yang diprakarsai Amerika, untuk memberikan bantuan penyusunan Repelita ( Rencana Pembangunan Lima Tahun) Indonesia , serta memberikan bantuan pinjaman lunak 60 prosen dari bugetnya.
Jan Pronk orangnya ramah dan pintar. Tapi juga tipikal Belanda Zakelyk, saklek. Mahasiswa dari Indonesia mengerumuni Meneer Pronk. Berlangsung diskusi serius. Pronk menjelaskan dengan Clear dan langsung program IGGI, juga tanpa tedeng aling aling mengkritik berbagai kebijakan pemerintah Indonesia.