Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 26

8 Juni 2018   13:10 Diperbarui: 8 Juni 2018   13:26 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Perbedaan keinginan antara Sutopo dan bapaknya itu berlangsung berhari hari , tidak tercapai kesepakatan.

Sutopo dengan impian seninya, membayangkan dirinya menjadi Dalang wayang kulit. Sebagai seorang pencerita, story teller yang boleh berbicara apa saja, bisa berkreasi seni mendramatisasi seliar liarnya, dan tidak akan ada yang melarang.

Mengimajinasi musik Rock atau Dangdut di sinergikan dengan gamelan, di timpali suara koor lima pesinden yang membahana, adalah lamunan lamunan obsesif berkesenian yang bisa terwujud harmonis, megah dan eksotis. Itu semua memerlukan pengetahuan dan skill yang harus dipelajari di sekolah khusus.

Sedangkan impian bapaknya lain lagi. Membayangkan suatu saat mengantar Sutopo berkhotbah di alun alun kota ditengah ribuan Umat yang memadati. Tegak di mimbar, dengan suara tegas menggelegar, berwibawa, bermakna, dielu-elukan dan Sutopo menjadi panutan.

Alangkah akan bangganya orang tua ini, kalau itu semua menjadi kenyataan.

Dan berhari hari keduanya tidak bisa saling meyakinkan pendapat masing masing. Bapak dan anak ini tetap berselisih , kukuh dengan bayangan kemuliaan dan keindahan impiannya.

Inilah bedanya keluarga Sutopo dengan keluarga yang lain. Meskipun hidup di tengah kultur Paternalis, bapaknya mentolerir perbedaan pendapat dan bahkan menumbuhkan kebiasaan diskusi di keluarganya. Bapaknya sangat jarang menggunakan terminologi "pokoke".

Sampai di suatu pagi, usai sarapan dengan nasi tumpang desa yang selalu terasa enak, ibunya mengambil komando pembicaraan. Pasti ibunya tahu dan paham perbedaan yang terjadi berhari hari antara anak dan suaminya. Dengan suara datar tapi mantap, ibunya berujar,

"Sebentar lagi Topo harus sudah mendaftar sekolah, sebaiknya Topo mendaftar di SMA umum saja "

Ibunya berpendapat, sambil menempuh sekolahnya, Sutopo tetap bisa belajar berkesenian dan juga memperdalam ilmu Agama, baik di sekolah atau juga di luar sekolah. Nanti dilihat bakat Sutopo yang sejatinya itu apa, dan itu bisa diasah dan diperdalam di tengah perjalanan pembelajaran.

Setelah berembug dan bencerengan sepanjang pagi itu, akhirnya Sutopo dan bapaknya dapat menerima pendapat ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun