Mohon tunggu...
MULYATI
MULYATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

menulis adalah menciptakan ruang untuk mencurahkan segala ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Revolusi Mental Itu Bukan Hanya Tanggung Jawab Jokowi

6 September 2018   09:15 Diperbarui: 6 September 2018   10:20 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(nasional.kompas.com)

Empat tahun masa kepemimpinan Presiden Jokowi dengan program andalannya Revolusi mental sepertinya belum bisa sukses secara sempurna. Faktanya masih banyak mental pejabat negeri ini yang terhasut oleh kejahatan menjadi garong uang rakyat. Tak perlu disebutkan secara gamblang, karena sudah menjadi rahasia umum betapa banyak kepala daerah dan anggota legislatif yang terciduk oleh lembaga antirasuah tersebut. 

Selain kasus korupsi yang masih marak, kita tengok sedikit ke media online saat ini. Betapa banyaknya aksi perundungan, pelecehan, pertengkaran, cyber crime, hujatan, ujaran kebencian, kejahatan dengan banyak sekali modusnya sampai pencemaran nama baik yang membuat miris jagat maya ini. Yang lebih menyedihkan para pelakunya bukan saja mereka yang tidak berpendidikan  melainkan orang-orang berpendidikan tinggi dengan segambreng gelar pendidikannya. 

Selain ulah para manusia dewasa yang tidak punya urat malu di jagat maya, kini media televisi kita pun penuh dengan tontonan yang kurang sehat. Seperti misalnya adegan sinetron yang vulgar, gaya hidup yang hedonism, pergaulan bebas, perebutan harta, pertengkaran dan lain sebagainya. 

Dari kondisi pejabat yang maling rakyat sampai pada tontonan televisi yang sama sekali tidak mendidik, rasa-rasanya wajar sekali jika program revolusi mental yang digulirkan Jokowi banyak menemui kendala.

Walaupun Jokowi telah mengerahkan seluruh daya upaya bahkan menjadi role model bagi bangsa ini tentu masih saja memerlukan dukungan dari semua pihak yang berkaitan. Bagaimana pun jika berbicara soal mental tidak pernah bisa dipisahkan dari yang namanya pembiasaan oleh lingkungan terdekat. 

Lingkungan yang korup akan membentuk Manusia-manusia yang korup pula. Sebagai sebuah kebiasaan, mereka akan beranggapan bahwa korupsi adalah keniscayaan, wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Begitu pula lingkungan yang suka merundung akan membentuk Manusia-manusia yang dengan mudah melakukan perundungan. Oleh karena itu, revolusi mental memerlukan role model terdekat di lingkungan rakyat. Tidak cukup hanya Jokowi. 

Sebagai satu kesatuan sistem pemerintahan yang digulirkan Jokowi, maka Pihak-pihak  seperti kepala daerah dan segenap jajarannya sebagai kepanjangan tangan Jokowi pun harusnya bisa menjadi role model revolusi mental di daerahnya masing-masing. Hal ini terus diturunkan sampai pada orang tua sebagai orang terdekat bagi si anak. 

Selain pemerintah, pihak swasta diluar pemerintahan dan keluarga pun turut bertanggungjawab membangun karakter anak. Misalnya para pemilik media baik televisi maupun media online lainnya harus ikut mengontrol tontonan dan informasi yang mereka sajikan. Jangan sampai hanya mengejar materi mereka melupakan tanggungjawabnya sebagai Bangsa Indonesia. 

Jika pemerintah, keluarga dan pihak swasta lainnya sudah sepaham dalam mendukung program revolusi mental harapannya bangsa Indonesia akan menjadi Manusia-manusia yang berkarakter yang kelak siap melanjutkan estafet kepemimpinan Bangsa.

Karena sinergi ketiga pihak tersebut akan menciptakan lingkungan kondusif yang baik bagi pembiasaan  karakter anak. Anak-anak akan terpapar pada karakter-karakter yang baik sehingga kelak menjadi manusia dewasa yang berkarakter baik pula. 

Purworejo, 6 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun