Mohon tunggu...
MULYATI
MULYATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

menulis adalah menciptakan ruang untuk mencurahkan segala ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Bibit-bibit Kriminalitas Tumbuh Subur di Sekolah

20 Februari 2018   09:01 Diperbarui: 20 Februari 2018   09:05 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wow.. mungkin terdengar berlebihan yak kalo saya sebut 'bibit-bibit kriminalitas'. Akan tetapi ya begitulah kenyataan. Berbagai bentuk tindak kenakalan siswa yang menurut saya sudah saking kelewat batas. mengapa demikian?

Hemm... penulis ingin cerita bin curcol nih. Jujur hatiku teramat getir dan nyeri melihat kenyataan bahwa siswa-siswa jaman now yang sekarang.

Getir karena sering kali di sekolah mendengar siswa tangisan dan komplit dengan berbagai macam laporan atas kenakalan para siswa.

Bagaimana tidak getir, perkelahian antar siswa baik sesama kelas maupun beda teramat sering terjadi. Adu jotos mereka sangat brutal sarat  dengan dendam penuh kebencian. Emosi yang tak terkendali membuat hilang rasa empatinya sehingga tak berpikir panjang tega melukai teman sendiri.

Sejenak melupakan perkelahian, ada lagi kebiasaan membully kepada teman. Jika ada teman yang 'manutan' dan lemah maka dengan lugasnya mereka membully tanpa ampun. Mereka menganggap seolah-olah membully hal yang menyenangkan.

Yang selanjutnya, jujur pula penulis teramat jengkel seringkali ada laporan pemalakan. Bahkan beberapa orang tua menyampaikan ke penulis baik via sms maupun WA katanya sang anak telah dipalak oleh temannya sendiri. 

Seringkali penulis merasa dilema jika harus menegur siswa terduga pemalak. Karena penulis sendiri tak punya barang bukti. Yang terakhir yaitu pencurian. Betapa bagaikan tersambar geledek di siang bolong ketika baru mendarat di sekolah pun sudah harus mendengar berita memalukan tersebut. Tidak lain adalah, seorang siswa di kelas penulis kehilangan uangnya 100 ribu rupiah. 

Tentu bukan jumlah yang sedikit bagi siswa yang masih duduk di kelas 2 SD. Dan si pelaku yang terciduk pun mengakui perbuatannya. Duh... miris benar yak.

Jika menilik dari keempat kasus yang terjadi, bukankah mirip-mirip dengan perbuatan para narapidana?

Lalu, siapa yang meski bertanggung jawab atas semua ini?

Bukannya penulis sebagai seorang guru mau lepas tanggung jawab. Tapi penulis yakin, Guru seantero negeri ini tidak ada yang mengajarkan keburukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun