Mohon tunggu...
Mulinna Sadah
Mulinna Sadah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jika Aku Jadi Menag: Utamakan Menata Hati Menjaga Toleransi

2 Agustus 2018   20:05 Diperbarui: 2 Agustus 2018   20:30 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Agaknya toleransi di negara kita ini sedang dilanda sakit. Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan agama haruslah tetap menjunjung tinggi toleransi. Kebinekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus tetap dijaga. Namun, keinginan tersebut di era kekinian ini perlu perjuangan. Hampir tiap hari generasi sekarang  melakukan aktivitas digital seperti berinteraksi lewat media sosial, unggah, unduh, belanja online dan aktivitas lainnya. Generasi zaman now yang tak bisa lepas dari aktivitas digital perlu mewaspadai banyaknya konten-konten negatif.

Banyak konten negatif menyebarkan berita hoaks dan ujaran kebencian. Terkadang kita hanya membaca judulnya saja dan akhirnya terprovokasi untuk menyebarluaskan. Tanpa disadari, kita menjadi salah satu penyebar ujaran kebencian dan hoaks. Dewasa ini, isu SARA digoreng untuk memperkeruh kehidupan kita sebagai warga negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamaannya. Penggorengan isu SARA oleh beberapa oknum menyakiti bangsa Indonesia. Lalu, siapakah yang harus bertanggung jawab? Apakah hanya pemerintah, atau seluruh bangsa ini? Jawabnya adalah seluruh bangsa Indonesia harus tetap bergandengan tangan memegang teguh kebinekaan yang sudah tertanam dalam aliran darah kita.

Aku pun berfikir, begitu beratnya tugas presiden. Selain harus memikirkan negara ini dengan berbagai permasalahan, beliau juga harus berperang melawan berita hoaks. Melalui para menterinya presiden mengeluarkan kebijakan untuk memerangi maraknya ujaran kebencian dan hoaks. Termasuk menteri agama. Dalam pemerintahan Indonesia, kementerian yang bertugas dalam menyelenggarakan urusan dibidang keagamaan adalah Kementerian Agama. Isu SARA yang digoreng lewat media sosial melalui penggiringan opini tentang ujaran kebencian dan hoaks mau tak mau menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi kementerian yang sekarang ini dipimpin oleh Bapak Lukman Hakim Syaifuddin. Bahkan beliau mengeluarkan sembilan seruan terkait isu SARA. Sembilan seruan tersebut terkait isi ceramah agama. Seruan tersebut sebagai langkah yang perlu didukung untuk mengantisipasi maraknya ujaran kebencian di negara kita yang menjadikan agama sebagai tema utamanya.

Melihat fenomena tersebut, akhirnya timbul pertanyaan, bagaimana ya rasanya jadi menag? Bagaimana ya rasanya menjadi menteri agama di negara yang berbineka ini. Hmmmmmm..... Jika aku jadi menteri agama, aku akan ..........

Mengajak menata hati demi menjaga toleransi

Toleransi adalah harga yang mutlak bagi bangsa Indonesia. Karena kita terbangun dari keberagamaan. Kita tak hidup sendiri. Kita adalah makhluk sosial. Indonesia terdiri dari seribu pulau, seribu bahasa, beragam budaya, dan bermacam agama dan kepercayaan. Jadi, langkah pertama yang akan kulakukan adalah mengajak generasi digital negara kita untuk menata hati agar toleransi tetap terjaga. Bagaimana caranya? Sebagai menteri agama, aku akan mengampanyekan tentang pentingnya berliterasi. Aku akan mengajak seluruh lapisan masyarakat berlitersi media. Membaca dan menelaah suatu berita. Jangan sampai hanya membaca judul tanpa tahu isinya. Jangan sampai menelan mentah-mentah ujaran kebencian dan hoaks dan ikut menyebarkannya. Generasi kita mempergunakan separuh waktunya untuk berinteraksi melalui media sosial. Jadi, media yang akan kugunakan untuk berkampanye adalah media sosial seperti instagram, facebook, youtube dan teman-temannya. 

Tentang literasi ini, aku juga akan bekerjasama dengan kemendikbud. Kemendikbud sudah menerapkan program literasi dan pendidikan karakter. Program tersebut perlu dukungan dari semua pihak termasuk dari jajaran kementerian lain seperti kemenag. Sebagai menteri agama aku akan bersinergi dengan Kemendikbud menanamkan pendidikan karakter melalui sekolah agar generasi muda zaman now bisa menjadi warga net yang cerdas menyikapi ujaran kebencian dan hoaks.

Langkah keduaku untuk menata hati demi menjaga toleransi adalah mengajak para pemuka agama dari enam agama yang diakui di Indonesia untuk saling bergandengan tangan melawan hoaks dan ujaran kebencian melalui contoh toleransi yang mereka bangun. Pemuka agama adalah panutan bagi umat agamanya masing-masing. Jika para pemuka agama dari enam agama memberi contoh nyata toleransi tersebut, niscaya toleransi yang ada di masyarakat akan terpupuk kembali. Dengan menggandeng pemuka agama dari enam agama tersebut, akan meyakinkan masyarakat bahwa aku adalah menteri agama untuk semua agama bukan merupakan menteri dari satu agama saja.

Langkah ketigaku untuk menata hati demi menjaga toleransi adalah dengan mengedukasi masyarakat bagaimana bertindak jika menemui konten negatif di dunia maya. Mengedukasi bagaimana step by step melaporkan konten negatif tersebut ke pihak yang berwajib. Dalam sosialisasinya ke masyarakat, aku akan menggandeng Kominfo. Kominfo merupakan kementerian yang memiliki andil penuh dalam dunia cyber. Maka dari itu aku akan membantu Kominfo menyebarluaskan infografis tentang bagaimana melaporkan konten negatif yang masyarakat temukan. Aku juga akan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menyebarluaskan informasi tersebut melalui berbagai media yang mereka punya.

 Yang terpenting dari semuanya itu adalah menata hati diri sendiri agar tak mudah terhasut oleh apapun itu yang merusak persatuan dan kesatuan negara tercinta kita Indonesia. Pilihan boleh beda, akan tetapi kita tetap bersaudara. Karena kita berbineka tunggal ika. Karena kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menata hati menghadapi maraknya konten negatif terutama ujaran kebencian dan hoaks yang menggoreng isu SARA memang berat. Namun, kita harus bisa tetap tersenyum dalam perbedaan. Demi Indonesia Jaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun