Mohon tunggu...
Bowo
Bowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyendiri

Sendiri saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masa Dukacita

27 Januari 2021   15:23 Diperbarui: 27 Januari 2021   20:57 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari megapolitan.kompas.com

Di hari saat orang yang kita kasihi pergi ke alam jiwa, sudahkah kita merasa kehilangan? Belum. Karena di hari itu kita akan disibukkan mengurus jenazah dan perlengkapan pemakaman (jika wafat di rumah). Juga menerima pelayat (dengan pertanyaan seragam apa penyebab kematian almarhum), mengurus keperluan tahlil (jika muslim dan sedang tidak pandemi--beserta katering dan penataan ruangannya).

Jadi pada hari pertama kematian mereka, kemungkinan kita belum merasa kehilangan, terutama kalau kita tinggal di kampung yang masih menegang tradisi masak sendiri untuk hidangan tahlil dan berkat, tanpa katering.

Tradisi masak-memasak sendiri dengan bantuan tetangga ini bagus juga. Biasanya ada di keluarga pengikut ormas NU. Ibu-ibu tetangga dapat bayaran dari memasakkan menu tahlil, pun dapat jatah nasi berkat, kue, dan lauk jika ada sisa.

Keluarga yang ditinggal almarhum/almarhumah juga merasa terhibur karena para pemasak ini sering ngobrol, guyon, dan menembang. Rumah terasa ramai dan berantakan.

Pada hari ke-8 dimana tahlil memperingati tujuh hari kematian selesai, barulah muncul rasa sepi, kangen, dan tidak percaya kalau orang yang kita kasihi sudah tidak ada di dunia.  

Perasaan bahwa si almarhum/almarhumah masih hidup kerap melanda sampai hari ke-40. Dan rasa kehilangan makin terasa.

Selama 40 hari sejak kematiannya, jiwa memang masih mengunjungi rumah dan orang-orang yang dekat dengannya, sehingga keberadaan mereka masih terasa. Kadang muncul bau parfum, balsem, minyak angin, atau wewangian yang biasa dipakai almarhum/almarhumah.

lewat 40 hari barulah kita mulai terbiasa dengan ketiadaan orang yang kita kasihi tersebut. Rasa rindu yang kerap muncul sudah tidak menimbulkan tetesan air mata lagi. Hidup sudah mulai tertata dan berjalan kembali menyesuaikan dengan keadaan tanpa orang yang telah meninggal.

Rencana-rencana baru disusun dan kita mulai dapat merasa bahwa kematian adalah hal lumrah yang dialami semua mahkluk hidup.

Kesimpulannya, masa berkabung bukanlah pada hari kematian, tetapi pada hari ke-3 setelah sampai hari ke-40. Pada masa ini doa yang kita panjatkan untuk almarhum/almarhumah bukan saja menenangkan mereka, tapi hati kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun