"Bagaimana nanti Azra sekolahnya, Yah? Sudah mau masuk tahun ajaran baru ini. Kabarnya sekolah-sekolah juga akan buka. Gimana nanti persiapan new normalnya? Â Atau tunda saja dulu lah. Biarin deh TK tahun depan"
Itu ungkapan kegundahan istri saya saat menonton berita tentang wacana kebijakan new normal di sekolah. Maklum, anak sulung kami baru saja akan memasuki Taman Kanak-kanak tahun ini.
Semua soal administrasi sudah diselesaikan, hanya tinggal masuk sekolah saja.
Mungkin kegundahan ini juga mewakili kegalauan para orang tua, terutama yang anaknya berusia 4-5 tahun. Harusnya mereka mulai bersekolah tahun ini. Telah terbayang nanti akan kegembiraan bermain, belajar dan beradaptasi bersama teman-teman sekolahnya. Apa boleh buat, COVID-19 membuyarkan mimpi indah itu.
Angka anak positif corona di Indonesia cukup memperihatinkan. Per Mei 2020, ada 584 anak positif COVID-19 dan 14 meninggal dunia. Angka ini diklaim Ikatan Dokter Anak Indonesia paling tinggi se Asia (sumber : liputan6.com, 23/5/2020).
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi alias Kak Seto, telah menyarankan bahwa kebijakan new normal untuk persekolahan anak usia dini sebaiknya ditunda dan dikaji lebih lanjut (sumber : Kompas, 08/06/2020)
Kebijakan new normal yang diwacanakan untuk sekolah memang belum diputuskan. Kebijakannya mungkin antara lain penggunaan masker, cuci tangan, pengaturan jumlah siswa yang masuk sekolah, dan jaga jarak.
Jujur saya, membayangkan protokol kesehatan ini diterapkan untuk anak usia dini, koq saya pesimis ya. Anak-anak TK secara karakter sangat berbeda dengan siswa yang lebih besar semisal SD, SMP, SMA atau mahasiswa.
Bayangkan bila anak-anak datang ke sekolah dengan masker bergambar aneka karakter lucu. Pertama, pasti tak betah memakai masker dalam waktu yang lama. Kedua, penasaran dengan masker teman yang sepertinya lebih lucu dari miliknya.
"pinjam donk, maskernya!"
