Mistis dan Budaya
Kemistisan bahkan melekat dengan kebiasaan masyarat, diyakini sebagai bagian dari tradisi. Baik dalam upacara adat hingga cerita mitos pun masih dapat kita temui dalam masyarakat.
Pantang larang disertai sanksi adat kepada masyarakat melanggar tata adat tertentu. Bahkan gejala-gejala aneh bin ajaib, yang menimpa justru dikaitkan akan mahluk ghaib loh.
Seperti, istilah cuci kampung dalam suku Rejang. Karena desa tidak bersih lagi. Bahkan tiga artikel penulis agit berkaitan dengan mistis juga budaya lokal.
Baca juga:Â Istilah "Belangea dan Kesapo" dalam Suku Rejang
Aspek budaya seringkali menyertai kemisteriusan dalam mistik itu sendiri. Dipercayai atau tidak terkadang kejadiannya benar-benar terjadi. Bukan dianggap sepele jika berhubungan kejadian yang terjadi.
Maka tak heran dikalangan masih mempercayai peristiwa ini jika melanggar adat budaya yang masih kental dimasayarakat. Bagaimana kepercayaan seperti ini, di Toraja, Suku Dayak Kalimantan, suku Anak Dalam, dan Badui yang kental dengan tradisinya?
Seperti kisah Muning Raib dalam suku Rejang yang pernah ditulis kompasianer apak@zaldychan, bahwa keturunan orang dusun Curup tidak boleh mendaki bukit Kaba misalnya. Hingga kini pun masih dipercayai keturunannya yang asli dusun tidak akan berani mengindakan larangan tersebut, jika tidak mau kena sialnya.Â
Mistis Sebagai Control Sosial
Kesurupan/kemasukan masuknya roh-roh para leluhur karena telah berulah 'senonoh' ditempat yang di kramatkan. Kegiatan yang dilakukan mengindakan tata krama penduduk, Pamali katanya.Â
Baca juga:Â Mak Sumay, Cerita Orang Tua yang Menakutkan