Di Kampung pun Sudah Jarang Terdengar dan Terlihat Lagi

Apakah telingaku sudah tuli?  Dari hilangnya bunyi siul suara kicau burung-burung diwaktu fajar yang dulu jadi alarm waktu dan nyanyian alam. 

Tepat didepan jendela kamar, sebatang pohon Mahoni berbatang besar dan berdaun rindang, bertengger burung-burung sahabat pagiku.

Pukul 08.00 dan 15.00 hilang pula suara keras nan lantang para siamang dan makhluk hutan bersahutan-sahutan tak jauh dari sekolah masa kecilku dulu.

Masih banyak terlihat pepohonan besar yang belum pada ditebang. Beragam jenis satwa dan tumbuhan liar masih terlihat dan dirasakan.

Apakah mataku telah buta? Dari bentuk Ikan putih yang biasa terlihat berenang disungai yang jauh dikampungku. Tempat ku bermain bersama teman-teman saat pulang sekolah dan liburan hari minggu.

Enaknya masakan nenek dari pihak ibuku, ikan pepes dari ikan putih. Yang kini ikan putih sudah entah kemana? Sudah mahal harganya dan langka diperjual belikan.

Sungai-sungai telah mengecil, batu-batu terlihat dipermukaan, sampah-sampah menjadi makhluk hidup sebagai ganti keberadaan satwa air.

Mata air mulai hilang satu persatu, sungai seperti siring kecil hanya besar saat tiba musim penghujan.

Yang terlihat dan terdengar. Hanya nyamuk-nyamuk  penghisap darah dan lalat sampah berterbangan yang kini semakin merajalela.

Dan desing suara kendaraan lalu lalang, mesin pemecah batu di sungai, suara lengkingan mesin penebang kayu yang kerap terdengar. 

Dan kehadiran makhluk buas yang terkadang masuk diperkampungan, karena lingkungannya telah rusak dan berubah.

Salam

Curup, 20 September 2021