Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Semua Hal Bisa Dinilai dengan Uang

16 Maret 2021   16:03 Diperbarui: 17 Maret 2021   15:02 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini bukan ingin menafikan secara pribadi bahwa uang adalah segalanya. Semua yang kita lakukan musti diukur dengan uang, tidak ada uang tidak mau untuk berbuat kebajikan dan menebarkan kebaikan itu kepada alam lingkungan sekitar.

Juga bukan beranggapan uang tidaklah penting dalam kehidupan, tidak suka dengan namanya uang sungguh bukan. Bohong besar jika ada orang berkata tidak butuh lagi dengan uang, hari gini semua hal aktivitas selalu berkaitan dengan uang, ingin pipis bayar, mau ono bayar, mau itu juga harus bayar. Semua kegiatan sangat musykil jika tidak didukung oleh uang.

Artikel receh kali ini tidak berhubungan secara vital tentang urgensi uang dalam konteks seperti ini. Tapi pada ada beberapa point yang terkadang uang tidak menjadi ukuran segalanya untuk diharuskan. Tolak ukur di setiap gerak sebagai manusia mesti diapresiasi dengan uang, adakala tidak bukan. Sangat tergantung mindset setiap individu memahaminya.

Jangan dikarenakan uang mengubah idealisme/integritas/profesionalisme, hati nurani/humanisme, membuang sisi baik sebagai manusia. Hubungan keluarga hancur, hubungan sosial di masyarakat menjadi antipati, serta hubungan kemanusiaan dengan matinya simpati dan empati dalam diri karena uang.

Berangkat dari obrolan kedai kopi lesehan anak jalanan. Ada fakta menarik untuk dicermati dari reorientasi nilai kebaikan. Panggilan hati versus panggilan money oriented. Lambat laun ada pergeseran nilai kebajikan menuju kepada prinsip ada uang baru jalan, semua dinilai dengan konsep simbiosis mutualisme untung rugi bersifat materialisme.

Idealisme/Integritas/Profesionalisme. Dalam hal idealisme/Integritas/Profesionalisme pada diri seseorang adalah benteng kokoh untuk bertahan dari dahsyatnya gempuran pola pikir pragmatis manusia. Materi yang menjadi ukuran. Bila dihubungkan pada konteks dunia kerja/profesi, kerap terjadi hilangnya rasa idealisme/Integritas/Profesionalisme.

Mungkin idealisme yang sedari awal sebagai individu yang baik, mesti terjebak pada lingkaran sistem yang mau atau tidak mau, suka atau tidak suka bertindak sesuatu yang jelas bertolakbelakang pada idealisme. Bila tidak dilaksanakan/dituruti pola yang mengharuskan maka persoalan lain juga ada timbal balik yakni kepentingan bersama atas nama hak yang lebih besar atas nama kepentingan bersama. 

Begitupun integritas rentan goyah bahkan runtuh dengan karut marut sebuah sistem. Bagaimana profesionalisme, profesi apapun selalu dituntut untuk bekerja sesuai dengan SOP, TUSI dalam bahasa keren Job Description.  Apabila virus money oriented yakni mental materialisme bersemayam pada diri seseorang sedari awal atau telah terkontaminasi virus ini. Maka sangat rentan terjebak pada kinerja individu.

Baik tugas yang memang wajib dilakukan atau beban kerja sewaktu-waktu mesti dilakukan. Akan tidak melihat lagi konteks ini lagi. Umpama sebagai contoh kasus Dosen misalnya, secara tri dharma perguruan tinggi diwajibkan mengajar/mendidik, meneliti, dan mengabdi (pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat). Namun terdampak virus ini. 

Besar dimungkinkan jika tidak ada anggaran atau dianggarkan oleh kampus/kementerian. Maka rentan Tri Dharma ini hanya akan menjadi pajangan bersifat slogan pemanis dunia akademik dan tak akan terwujud. Maka sivitas akademik serasa enggan untuk mewujudkannya. Bisa saja terjadi kan. Saya mau nulis/neliti kalau ada uang, misalnya. Saya mau ngajar dan ngabdi kalau ada SK dan honorium, kan di sumpah pasca pengangkatan cpns.

Bahayanya, jika telah tersemat virus semua harus ada uangnya. Bisa terjadi pengrusakan hakikat akademik yang semestinya tidak boleh terjadi, penyimpangan ke arah jual beli nilai, jual beli jasa karya ilmiah dan sebagainya. Skripsi dan penelitian bisa dibeli karena ada bayaran yakni penyedia jasa.berubah Prinsip materi seringkali mengubah karakter pada diri  seseorang Idealisme/Integritas/Profesionalisme. Walaupun bertolak belakang Idealisme/Integritas/Profesionalisme kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun