Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Harus Belajar dari Pencari Suaka

3 September 2019   08:07 Diperbarui: 3 September 2019   08:14 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by:Pixabay.Com

Sungguh malang, inilah yang dapat kurasakan ketika melihat tayangan di Televisi nasib para pencari suaka yang memilukan di Jakarta. Miris menyaksikan seberapa berat beban hidup yang dijalani mereka demi merasakan indahnya harga suatu perdamaian.

Perjalanan berat dan terjal suka dan duka dialami ketika terpaksa harus meninggalkan kampung halaman tempat lahir menuju Negara lain yang bisa menampung asa yang dipikul. 

Hanya untuk membuka lembaran hidup yang baru. Tanpa perang, tanpa adanya genjatan senjata, dentuman bom yang meledak dan suara senapan yang mengusik gendang telinga.

Kecamuk perang yang tidak berkesudahan di beberapa Negara memberikan beban derita kepada rakyat dan trauma mendalam untuk menjalani hidup yang normal. Nyawa harus merenggang, harta harus musnah, hidup yang dirundung ketidakpastian dan kehidupan diambang dilema keputusasaan.

Perperangan akibat rebutan kekuasaan menimbulkan penderiatan besar bagi rakyat yang tidak tahu apa-apa. Dan perperangan yang sangat lama dan tidak kunjung usai hingga turun temurun dari generasi ke genarasi membuat rakyat harus mengungsi keluar atau mencari suaka ke Negara lain. Hanya untuk menghindar dari kecamuk perang akibat perseteruan segelintir elit yang memiliki suatu kepentingan. Yaitu tampuk kekuasaan.

Senyum simpul anak-anak yang tidak mengerti tidur pulas dibawah tenda-tenda pengungsian, sangat mengiris hati. Binar-binar air mata para wanita dan kerut kening para lelaki mengisyaratkan akan suatu beban berat yang bersemayam di benak mereka. 

Disertai hidup dalam keterbatasan sangat jauh dari standar kelayakan di tenda-tenda pengungsian. Dan sampai kapan-kah mereka bisa hidup sewajarnya? Inilah yang mengganggu alam pikirku tentang mereka?

Dimana hak-hak mereka telah dirampas, kebebasan mereka dicabut, kemerdekaan terganggu akibat perang. Apakah mereka sih pencipta perang sempat berpikir akan dampak yang telah terjadi akibat ulah mereka. 

Apakah mereka sempat meluangkan waktu untuk mendengarkan suara hati? Jerit tangis anak-anak yang harus kehilangan orang tua, para istri kehilangan suami, orang tua kehilangan keluarga yang di sayangi? 

Sunguh tidak berprikemanusiaan, inilah suatu ganjalan hati ketika melihat saudara-saudara pencari suaka yang terlantar di Negara kita dan Negara-negara selain kita.

Indonesia Jangan Sampai Seperti Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun