Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Guru Honor dan Pemerintah Daerah

3 Mei 2019   16:23 Diperbarui: 3 Mei 2019   16:29 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrated by; thetanjungpuratimes.com

Menjadi sebuah konsen adalah hubungan sebuah kesejahteraan terhadap hasil pekerjaan. Semua kita pasti menginginkan sebuah reward yang sepadan dengan tupoksi. Pekerjaan yang seimbang apa yang didapatkan.

Lucunya, melihat fakta dilapangan. Kesejahteraan sangat mempeihatinkan jika honor yang didapati mereka kembali atau dikelolah pemerintah daerah atau bukan campur tangan pemerintah pusat seperti gaji PNS. Mirisnya, harus menunggu waktu yang lama, tiga bulan, enam bulan bahkan tidak tentu kapan cairnya.  Gajipun harus seimbang dengan APBD daerah? Bagaimana dengan APBD di daerah yang tidak sama dengan daerah yang APBD yang besar. Pastinya standar Upah Minimun Reguler (UMR) tidak akan sama. Semakin besar Pendapatan Daerah, maka semakin besar pendapatan tenaga honor. Dan bagaimana daerah yang APBD kecil!

Bahkan menjadi honorer menjadi objek ajang politik para kepala daerah untuk mengintimidasi, kalau tidak menurut akan ditendang bahkan dibuang. Berganti kepala daerah juga mempengaruhi, bertahan atau hengkang.

Ada beberapa permasalahan dialami para honorer yang akan timbul jika kesejahteraan terganggu ;

  • Kekecewaan 
  • Maindsage yang menyimpang bersifat pragmatis dan oportunis
  • Keseimbangan hak dan kewajiban tidak berjalan dan rendahnya rasa tanggung jawab
  • Money Oriented.
  • Manajemen Serampangan
  • Rendahnya pro aktif peserta didik cenderung berprilaku apatis
  • Tingkat disiplin yang akan menurun
  • Dan masih banyak lainnya

Jadi bagaimana saat ini?
Bergerak sendiri hanya untuk diri sendiri atau bergerak bersama sambil bergandeng tangan melakukan pembenahan. Atau masih terkukung dalam angan"bak burung di sangkar emas hanya bisa bermimpi tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Jika  aturan atau kebijakan yang lebih berpihak, bukan janji yang terkadang simpang siur. Karena Pendidikan bukan hanya tataran transformasi dan transmisi nilai semata. Tapi sebagai agen of change. Pendidikan adalah investasi peradaban tempat memanusiakan manusia, menjaga kultur dan kebudayaan bangsa. Tapi tidak melupakan "Kesejahteraan mereka" untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun