Mohon tunggu...
Muklas Iwor
Muklas Iwor Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

The Important thing is Prayer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Front Pembela Islam (FPI) dari Dua Sudut Pandang

15 Juni 2022   22:52 Diperbarui: 15 Juni 2022   23:30 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang kita ketahui awal mula munculnya FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998, adapun tujuan dari FPI sendiri adalah menegakkan secara tegas amar makruf nahi mungkar. Memang seringkali kita melihat FPI melakukan anarkis, tapi apabila kita tidak mudah terprovokasi, dan tidak melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang. Mungkin kita tidak akan mudah menyalahkan, seperti yang kita ketahui, sebagian orang juga akan melakukan hal yang sama dengan FPI, hanya saja mungkin konteksnya yang berbeda. 

Berita yang kita ketahui hanya berita tentang bagaimana FPI melakukan kekerasan atau anarkis, tapi apabila kita telisik lebih dalam lagi. Sebenarnya FPI sudah mengingatkan secara santun dan baik-baik, hanya saja beberapa kali tidak didengar. Seperti sebagian orang juga melakukan hal yang sama seperti FPI, apabila sudah dinasehati dengan santun dan baik hati tetap tidak digubris, sebagian dari kita juga akan melakukan tindakan yang tegas atau bahkan keras. Sama hal nya dengan FPI, hanya saja permasalahan nya disini, FPI bukan aparatur negara yang memiliki hak melakukan itu. Akan tetapi sebenarnya esensi atau maksud tujuan FPI pun sama seperti yang tujuan aparatur negara pada umum nya.

Yang membedakan hanya saja FPI tidak memiliki legalitas untuk melakukan hal tersebut. Tapi sudut pandang dari sebagian orang pun juga tidak salah, yang menganggap harus nya islam itu santun, islam itu sopan, islam itu mengajarkan kebaikan, bukan kekerasan. Dan sudut pendang lain yang menganggap perlu memang adanya FPI di Indonesia, sebagai penegak ajaran Islam dengan tegas. Seperti hal nya kehidupan, dimana ada gelap pasti ada terang, dimana ada baik pasti ada buruk, dimana ada yang santun kita pun juga membutuhkan yang tegas. Yang dikhawatirkan apabila semua muslim santun atau sopan adalah rela-rela saja apabila agamanya dicela dan diremehkan.

Menurut sudut pandang saya pribadi, memang perlu adanya FPI di Indonesia, guna meminimalisir mulai lunturnya keislaman yang ada di era modern seperti saat ini. Banyak hal yang sebenarnya baik menjadi hal yang asing apabila dilakukan, yang sangat dikhawatirkan adalah apa yang sudah disebutkan dalam hadis Rosulullah : 

"Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing." Hadis tanpa disadari mulai terasa, karena banyak hal kebaikan dianggap hal yang asing bahkan tabu apanila dilakukan seseorang, bahkan ada sebagian yang merasa malu apabila melakukan hal kebenaran, dikarenakan takut atau khawatir apabila digunjing atau dijadikan cibiran orang disekitarnya, alhasil banyak yang lebih memilih kemungkaran agar merasa aman dari kebanyakan orang.

Disini FPI terkesan menjadi ormas yang asing, karena menegakkan amar maruf nahi mungkar padahal sebenarnya tujuan dari FPI sendiri adalah kebaikan. Kurangnya kita dalam melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, membuat kita mudah menyalahkan orang lain.

Perlunya belajar melihat sesuatu dari sudut pandang adalah agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain, agar juga kita mudah mendapatkan hikmah dari berbagai perkara yang ada. Tidak mudah membenci satu sama lain.

Kembali lagi kepada topik FPI, Asas FPI sebagaimana yang terdapat dalam dokumen risalah historis dan garis perjuangan FPI, adalah Islam ala ahlussunnah wal jamaah (aswaja) (Al-Zastrouw Ng, 2006). Menurut para pemimpin FPI, aswaja yang dipahami oleh FPI tidaklah sama dengan yang dipahami oleh kalangan Nahdlotul Ulama (NU) maupun Muhammadiyah. Aswaja dalam pandangan FPI adalah mereka yang telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana tertera dalam al-Quran dan al-Hadits dan mereka itu adalah para sahabat dan tabi'in (orang yang belajar dari sahabat dan pemahaman dan pengambilan ilmu). Paham kelompok Aswaja ini berusaha menjaga otentisitas agama, sampai pada hal-hal yang sifatnya simbolik. Perbedaan atas ritus dan simbol dianggap sebagai penyimpangan ajaran agama.

Namun yang perlu digaris bawahi adalah, perbedaan sudut pandang atau pemikiran itu adalah rahmat. Keberagaman dan perbedaan bagi orang yang otoriter dan 'orang zaman dahulu' adalah suatu awal dari kehancuran dan konflik, namun tidak bagi manusia yang moderen dan progressif. Justru hal tersebut adalah suatu awal kemajuan dan perkembangan bagi manusia-manusia yang berakal. Kemajuan yang dilandasi dengan sebuah perbedaan akan lebih kuat jika dibanding dengan kemajuan yang dilandasi persamaan yang cenderung menuju statis dan monoton. 

Perbedaan yang dianggap sebagai pemicu kehancuran jka dianalisis dan dimenej dengan bagus akan menjadi suatu kekuatan yang besar yang takkan terkalahkan. Hal ini sering disebut dengan 'Management of Conflict'. Dengan demikian akan lahir satu kubu oposan yang mengevaluasi kinerja pihak lain sekaligus menjadi kubu penengah (ummatan wasatan) sebagai tim pendingin dan manejerial suatu konflik. Bukankah Nabi Muhammad juga sebagai oposan dan penengah atas konflik yang terjadi pada suku Arab?. 

'Ikhtilafu Ummati Rahma' (perbedaan adalah rahmat), itulah sabda rasul yang sudah masyhur di telinga kaum muslimin. Terlepas dari sahih tidaknya hadis ini, namun jika ditinjau dari konten hadis memang sangat faktual dan logis. Jika diilustrasikan perbedaan dengan lukisan, maka sekiranya sebuah lukisan berwarna putih semua, atau hijau semua apakah akan tampak keindahan ?. Tangan yang beranggotakan lima Jari dan berbeda bentuk dan panjang, apakah kelima jari saling menyalahkan ?. Bagaimanakah bunyi petikan suara gitar jikalau semua jenis talinya sama?. Besar dugaan bahwa hadis ini menjadi dasar pemikiran bagi orang-orang Western dalam menciptakan teori-teori manajemen konflik yang banyak dipelajari dalam menejerial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun