Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dua Potong Biskuit untuk Semua Teman Sekelas

9 Oktober 2016   21:57 Diperbarui: 10 Oktober 2016   18:27 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martha -pakai topi- (dok.pribadi)

Guys, pagi ini, saya benar-benar tidak menyadari bakal menyaksikan sebuah -katakanlah ini kejadian langka. Sebuah pesan kebaikan yang tidak saya duga sama sekali. Dari seorang Martha, murid saya di kelas dua SD.

Martha memiliki wajah yang imut, bola mata yang selalu besar dan antusias, rambut keriting khas Papua dengan wajah manis apalagi bila tersenyum ramah. Ia tergolong pemalu. Namun, sekilas anak ini tampak beda dibanding yang lain.

Ia dihormati dan disayang sama semua teman-temannya. Anak ini jarang mendapat gangguan yang berarti dari kejahilan teman-temannya. Apa yang membuatnya seperti itu? saya juga belum tahu. Umumnya memang anak-anak di kampung pegunungan di sini, Fakfak, cukup rukun antara satu dengan lain. Mendengar dan menjalankan nasehat orang tua dan tetua adat/kampung merupakan hal yang wajib dilaksanakan.

Pagi ini, saya mendapat jawabannya. Bukan melalui sebuah penjelasan yang terlontar dari mulut anak-anak, tapi melalui sebuah tindakan yang layak diteladani. “Martha, terima kasih. bapak guru berutang nilai pengorbanan lewat dirimu”saya membatin.

Ceritanya begini.

Beberapa saat sebelum bel istirahat berbunyi, tugas anak-anak sudah selesai. Lalu, saya mulai berjalan dari satu bangku ke bangku yang lain. Memeriksa satu-satu dan menjelaskan soal yang tidak dipahami oleh masing-masing dari mereka.

Untuk kegiatan ini, saya sering dalam posisi setengah jongkok di depan bangku. Sehingga posisi kepala saya sejajar dan sama tinggi dengan kepala anak-anak. Ketika sedang asyik bercengkrama dengan masing-masing anak, tiba-tiba tanpa sepengetahuan saya Martha berdiri dan mulai berkeliling dari bangku ke bangku.

Ia membawa dua potong biskuit mirip Gabin di tangan mungilnya. Lalu, sepertinya ia telah memberi isyarat terlebih dahulu pada semua teman-temannya untuk tenang dan tidak mengganggu bapak guru.

Dua potong biskuit itu dia potong lagi kecil-kecil sehingga cukup untuk dimakan semua. Ia membuka mulut sebagai isyarat agar teman-temannya yang didatangi segera membuka mulut. Tanpa suara riuh sama sekali. Tanpa meninggalkan bangku, teman-temannya siap menerima makanan pagi dari Martha. Makanan yang sangat sedikit namun memiliki gizi ‘kekayaan batin’.

Maka Martha dengan sigap menyuapi teman-temannya satu persatu. Tanpa suara berisik apa-apa. Juga tanpa suara ribut kunyahan biskuit yang merangsek lembut di mulut anak-anak. Begitu senyap proyek ‘berbagi’ ini dilakukan oleh Martha sehingga saya benar-benar tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi hingga semuanya selesai.

“ko buka mulut sudah,,,,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun