Karena saya agak susah juga sembari nyetir, akhirmya saya berhenti di tempat peristirahatan (rest area), sambil sekalian saya berbuka puasa. Saya coba tangani sebisa saya. Namun sakit lambungnya tidak juga mereda.
Terpaksa akhirnya saya panggil satpam (scurity) rest area. Dan saya minta tolong untuk dipanggilkan ojek, mengantarkan anak saya berobat ke dokter yang tidak jauh dari kawasan rest area.
Dengan diantar ojek ke klinik terdekat, dan langsung ditangani oleh dokter. Dari diagnosa dokter, adalah benar anak saya mengidap gejala sakit lambung (maag). Setelah dikasih obat oleh dokter, saya kembali ke rest area di  mana kendaraan saya diparkir.
Setelah minum obat dari dokter itu, sakit lambung anak saya masih terasa. Akhirnya, sambil anak saya menahan sakit, saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan pulang.
Singkatnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 22.00 WIB. Sementara itu sakit perut (lambung) anak saya masih belum juga mereda.Â
Akhirnya, saya bawa anak saya berobat lagi di rumah sakit dekat rumah. Kemudian, dikasih obat. Setelah diminum obatnya, alhamdulillah, anak saya merasakan sakitnya agak mereda dan bisa tidur.
Besoknya, disamping tetap meminum obat dari dokter, saya tiba-tiba teringat KOJIMA. Dan, akhirmya saya beli KOJIMA di minimarket depan rumah. Saya suruh anak saya minum KOJIMA. Ternyata anak saya suka. Karena KOJIMA itu produk berbentuk madu.
Alhamdulillah, anak saya sekarang sudah sembuh total dan tampak segar bugar lagi. Walaupun begitu, untuk menjaga stamina dan ketahanan tubuhnya, saya sarankan anak saya tetap meminum KOJIMA itu.
Perubahan sosial, gaya hidup baru, dan selalu peduli kesehatan sebagai dampak pandemi itu tercermin dari sikap menyesuaikan diri dengan realitas, menjaga ketahanan tubuh, dan selalu mengutamakan protokol kesehatan.