Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bilal bin Rabah, Pelantun Azan Pertama yang Jejaknya Membekas Sampai Hari Ini

3 Mei 2021   20:25 Diperbarui: 3 Mei 2021   20:31 2762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bilal bin Rabah (Foto: ISLAMI.CO))

Suara azan terus berkumandang dan bersahutan tak henti-hentinya dari masjid ke masjid sebagai tanda panggilan untuk salat.

Di bulan Suci Ramadan, bahkan azan tidak hanya sebagai tanda panggilan salat, tetapi juga selalu ditunggu oleh orang yang berpuasa untuk mendandai waktunya berbuka puasa. Itulah azan Magrib.

Terkait dengan azan, Anda pasti tahu, siapa pelantun azan (muazin) pertama dalam sejarah Islam. Benar, adalah Bilal bin Rabah sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan dalam sejarah Islam.

Bilal bin Rabah (580-64o M) adalah sahabat kesayangan Nabi Muhammad saw. Pada awalnya ia adalah seorang budak yang berasal dari Abessinia (Ethiopia), keturunan Habsyi. Tubuhnya kekar dan kulitnya hitam legam, namun suaranya merdu.

Majikannya bernama Umayyah bin Khalaf Jamhi al-Quraisyi, seorang pemuka kaum musyrikin Makkah dan penentang dakwah Islam.

Suatu ketika, Bilal mendapat berita tentang datangnya seorang rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk memimpin umat manusia. Bilal merasa tertarik mengikuti dakwah itu dan akhirmya masuk Islam.

Tindakan ini membuat majikannya marah. Umayyah kemudian menyiksa dan memaksa Bilal untuk kembali kepada kepercayaan jahiliah, yakni menyembah berhala. Tapi Bilal pantang menyerah dan tetap teguh pada pendiriannya.

Bilal dijemur di atas pasir panas di tengah terik matahari, kemudian di atas perutnya diletakkan batu besar. Namun, siksaan itu tidak sedikit pun mengubah keimanan Bilal. Yang mengesankan, saat disiksa, Bilal dengan tegas menyatakan keteguhan imannya. 

Dengan suara terputus-putus, ia berucap: "Ahad... Ahad... Ahad!" (Allah Maha Esa... Allah Maha Esa... Allah Maha Esa...)

Melihat siksaan yang diterima Bilal itu, seorang sahabat Nabi, Abu Bakar as-Sidiq (573-684 M), merasa sangat iba. Abu Bakar kemudian datang ke Umayyah untuk membeli Bilal. Setelah itu, ia membebaskan Bilal dari statusnya sebagai budak. Nabi pun merasa gembira dengan tindakan Abu Bakar tersebut.

Sebagai penghormatan atas keteguhan iman Bilal dan karena kemerduan suaranya, Rasulullah SAW menunjuknya sebagai muazin setiap kali tiba waktu salat, sehingga ia dijuluki mu'azzin Rasulillah (juru azan Rasulullah).

Bahkan, Bilal pernah mengusulkan kepada Nabi SAW untuk menambah kalimat, "as-shalaatu khairun minannauum" (salat lebih baik daripada tidur) pada azan salat subuh. Nabi pun menerima usul itu. Dan kalimat itulah yang sampai kini dikumandangkan dalam azan salat subuh.

Bilal tetap mejadi muazin Rasulullah sampai Beliau wafat (11 H/632 M). Dan setelah Nabi wafat, tatkala Abu Bakar sebagai khalifah (pemimpin), dikisahkan bahwa Bilal tidak mau lagi mengumandangkan azan saking masih merasa sedih dan kehilangan atas wafatnya Rasulullah. 

Konon, ia kembali mengumandangkan azan untuk terakhir kali dan disaksikan khalifah Umar bin Khattab ketika Bilal sudah tinggal di Syam (Damaskus, Suriah). Bilal pun wafat di Damaskus tahun 640 Masehi.

Jejak Bilal bin Rabah sebagai orang pertama yang mengumandangkan aza tetap melegenda dan membekas sampai hari ini. Bahkan, namanya pun, "Bilal" diabadikan untuk menyebut seorang muazin, termasuk di Indonesia.

Dari kisah teladan Bilal bin Rabah ini dapat dipetik pelajaran bahwa aspek profesionalitas, integritas, dan loyalitas itu adalah penting dalam sisi kehidupan.

Islam adalah agama yang menentang perbudakan, mengajarkan egalitarianisme, anti diskriminasi dan anti rasisme, last but not a least, Islam adalah rahmat bagi semesta. 

Berikut saya kutipkan nada suara azan senada dengan azan Bilal bin Rabah yang dikumandangkan oleh Syekh Hisam Thiyarah, Damaskus, Suriah yang riwayat sanadnya (ditengarai) bersambung ke Bilal bin Rabah. Wallahualam. Tabik. []


--------------

Rujukan:

Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, "Bilal bin Rabah" (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2001), hal. 109

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun