Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Serunya Ngebolang Saat Ramadan, Pengalaman Masa Kecil

19 April 2021   20:15 Diperbarui: 21 April 2021   06:46 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak-anak berenang di sungai/Sumber Foto: detiknews.com

Ketika saya masih kanak-kanak yang tinggal di kampung, suasana puasa Ramadan memiliki kenangan tersendiri yang membekas dalam ingatan. Ada keseruan dan keceriaan layaknya masa kanak-kanak yang identik dengan dunia bermain dan bertualang.

Jadi banyak hal yang bisa diceritakan. Sehari atau dua hari menjelang puasa Ramadan, saya ingat betul, ada kebiasaan atau tradisi di kampung saya yang tidak jauh dari pantai Anyer Banten, berupa tradisi makan bersama yang disebut dengan "babacakan". 

Babacakan, acara makan bersama keluarga dan kerabat di pantai dengan menggelar tikar atau di saung-saung yang tersedia. Semua keluarga dan kerabat berkumpul dan makan bersama dengan menu berbagai ikan bakar, cumi bakar, sambal pecak belimbing buluh dan nasi liwet. 

Mengundang selera dan nafsu makan, nikmat sekali dengan diiringi deburan ombak laut Anyer dan hembusan angin sepoi-sepoi menyapu wajah.

Tradisi babacakan (makan bersama) di pantai seperti ini sebagai rasa syukur atas kesempatan dan kesehatan yang diberikan oleh Tuhan untuk dipertemukan kembali dengan puasa Ramadan, dan sekaligus doa bersama menjelang Ramadan.

Sehari sebelum puasa Ramadan, pada sore harinya, ada tradisi juga yaitu mandi beramai-ramai nyebur di sungai yang airnya tentu saja jernih, dan letaknya agak jauh dari perkampungan, ditempuh dengan berjalan kaki, menyusuri jalan setapak di perkebunan (ladang/kebun) penduduk.

Pada malam harinya, saat salat isya dan salat tarawih pertama, warga masyarakat, dari bapak-bapak, ibu-ibu, tua-muda, tentu saja anak-anak, berbondong-bondong menuju masjid atau langgar (musala).

Salat Tarawihnya plus salat witir dilakukan 23 rakaat dengan tempo yang cepat, kilat, dan sesingkat-singkatnya. Karena bacaan salatnya cepat sekali (kayak nge-rap) tanpa jeda dan pas ucapan kata "amin" dengan suara lantang dan dengan ritme yang panjang dan meliuk-liuk (seperti dibuat-buat). 

Anak-anak apalagi sangat senang model salat Tarawih seperti ini. Tahu sendiri namanya juga anak-anak salat sambil senang-senang bermain dan bercanda.

Setelah salat Tarawih, saya dan teman-teman sebaya melakukan tadarus (membaca Al-Qur'an) di masjid atau langgar bersama-sama dengan berbagi jatah bacaan 1 juz per orang terus-menerus selama sebulan dengan target tamat 30 juz.

Sepanjang siang di bulan Ramadan, saya dan teman-teman sepermainan sering memancing ikan dan udang di sungai, berenang di sungai atau di laut,  memanjat pohon kelapa untuk mengambil kelapa muda di ladang atau kebun, memetik jambu mede, memetik buah melinjo, buah jengkol, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun