Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Isra Mikraj Itu (Harusnya) Masuk Akal dan Bukan Sekadar Perkara Iman

11 Maret 2021   21:36 Diperbarui: 15 Maret 2021   15:40 2862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjidilaqsa di Yerusalem, Palestina adalah salah satu artefak sejarah dalam peristiwa perjalanan isra mikraj Nabi Muhammad saw.(Shutterstock Via Kompas.com)

Sampai-sampai seorang sufi dari India, Syekh Abdul Quddus Gangohi (1456–1537) mengomentari hal ini dengan mengatakan, "Nabi Muhammad naik ke langit tertinggi dan kembali ke bumi. Demi Allah aku bersumpah, sekiranya aku seperti dia, tentu aku tidak akan mau kembali."

Jangan benturkan agama dengan filsafat. Tidak perlu dipertentangkan peran wahyu (iman) dan akal. Agama dan filsafat, atau wahyu (iman) dan akal, itu (mestinya) tidak bertentangan dan  berjalan seiring seirama. Dua-duanya adalah sangat penting kedudukannya.

Yang jelas, Islam itu mudah dipahami dan tidak menyulitkan. Islam menjunjung tinggi dan tidak menghambat kerja dan peran akal pikiran. Bahkan, Islam sangat menganjurkan menggunakan akal pikiran.

Sayang sekali, akal sebagai anugerah tertinggi yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya bernama manusia, dan membedakanya dengan makhluk-makhluk lain, jika dianggurin, tidak difungsikan, dan tidak digunakan dengan sebaik-baiknya sebagai refleksi syukur  kepada-Nya.

Sayang sekali, sudah repot-repot menikah, dan punya istri, lalu selebihnya istri dianggurin dan tidak pernah disentuh.

Nabi pun berpesan, "Ad-dinu huwal 'aqlu la dina liman la 'aqla lahu." Agama itu adalah akal, tidak beragama buat orang yang tidak menggunakan akalnya (tidak berakal). Makanya, dalam hal peristiwa isra mikraj, kita tidak usah ragu menggunakan akal kita.

Demikian. Selamat memperingati isra mikraj 1442 H. Semoga kita mampu merefleksikan pesan spiritualitas dan sosial profetik isra mikraj ini dalam kehidupan sehari-hari. Sering-seringlah "naik" dan jangan lupa "turun". Wallahualam. Tabik. []

--------------

Rujukan:

Jalaluddin Rakhmat, Meraih Cinta Ilahi: Belajar Menjadi Kekasih Allah, Pustaka IIMaN, 2008 

Farhan Masood Quddusi, Quddusi: A Legacy and A Forgotten Saint,
dipublikasikan 09 September 2014 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun