Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pentingkah "Bilik Asmara" di Lokasi Pengungsian Bencana Alam?

2 Februari 2021   21:33 Diperbarui: 7 Februari 2021   16:46 1649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bilik Asrama di posko pengungsian Gunung Merapi Yogyakarta/KOMPASTV

Salah satu mitigasi bencana yang perlu menjadi perhatian serius adalah evakuasi warga masyarakat, penyintas bencana ke lokasi pengungsian yang memadai, representatif, dan mempertimbangkan sisi-sisi kemanusiaan.

Lamanya waktu bagi warga masyarakat korban bencana berada di lokasi pengungsian tentu dapat diperhitungkan dan dikalkulasi. Bisa berhari-hari, beminggu-minggu, atau berbulan-bulan; tergantung parah dan tidaknya dampak bencana terhadap kerusakan lingkungan dan rumah tempat tinggal mereka.

Lokasi pengungsian juga harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas bagi warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selama berada di pengungsian. Posko kesehatan, posko keamanan, fasilitas tidur, dapur umum, sanitasi atau fasilitas MCK (mandi, cuci dan kakus), dan ruang laktasi atau ruang khusus bagi ibu menyusui harus menjadi prioritas dan tersedia.

Bahkan ternyata di lokasi pengungsian itu juga perlu dipikirkan kebutuhan lain yang bukan saja berkaitan dengan kebutuhan lahiriah tadi, tetapi juga kebutuhan batiniah atau kebutuhan biologis. 

Maka perlu disediakan juga ruang khusus bagi pasangan suami istri yang ingin "begituan" atau sering disebut 'bilik asmara" atau "bilik ayah bunda".

Hal ini berkaca pada pengalaman dari beberapa bencana alam yang pernah terjadi, di mana para penyintas atau korban bencana alam tinggal di lokasi pengungsian berbulan-bulan, sementara kebutuhan biologis pasangan suami istri, apalagi pengantin baru, ternyata tidak mereda dengan adanya bencana.

Agar tidak menimbulkan stres dan meredakan gejolak hasrat seksual yang menggebu-gebu, maka harus disalurkan sebagaimana mestinya.

Tidak sedikit cerita dan pengakuan dari pasangan suami istri di lokasi pengungsian merasa kesulitan ketika muncul hasrat seksual itu. Bahkan, ada yang bela-belain pergi ke daerah aman bencana atau kota terdekat untuk menyewa penginapan.

Logikanya, atau mungkin muncul pertanyaan di benak kita sambil berseloroh, bagaimana mungkin orang-orang itu sebagai korban bencana masih juga sempat-sempatnya tebersit pikiran porno dan hasrat untuk melakukan hubungan seksual dalam situasi darurat, saat terkena bencana, dan tinggal di lokasi pengungsian pula.

Maka, pertanyaannya adalah, masih pentingkah "bilik asmara" di lokasi pengungsian bencana alam itu? 

Tapi bagaimanapun realitasnya seperti itu di saat bencana terjadi dan korban bencana berada di lokasi pengungsian dalam rentang waktu yang lama, dan sekian bulan menunggu selesainya proses perbaikan lingkungan dan renovasi tempat tinggal yang rusak akibat bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun