Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Anggap Saja Brompton, Seli Jarang Disentuh Akhirnya Dipakai Lagi

10 Juli 2020   15:20 Diperbarui: 11 Juli 2020   12:32 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepeda Brompton (SHUTTERSTOCK.COM via kompas.com)

Dua hari yang lalu, anak bungsu saya merengek minta diperbaiki sepeda lipatnya yang sudah agak lama tidak disentuhnya.

Hobi dan kesukaan anak itu memang sering kambuhan dan berubah-ubah. Musiman. Ini tampaknya lebih karena bergantung situasi.

Bermain itu memang identik dengan dunia anak-anak. Makanya, kalau ada orang dewasa suka mainan anak-anak, atau "kekanak-kanakan" sering dibilang, "Pasti waktu kecilnya kurang bahagia!".

Belum lama ini, anak saya diam-diam membeli mobil-mobilan remote control secara online pakai uang celengannya. Setelah itu pindah ke permainan karambol. Lalu, senang dengan ikan hias (akuarium). Termasuk game online. Sekarang kembali senang bermain sepeda lagi.

Ilustrasi Anak saya, si bungsu tengah memamerkan sepeda kesayangannya yang baru saja diservis setelah lama jarang dipakai |dokpri (MUIS SUNARYA)
Ilustrasi Anak saya, si bungsu tengah memamerkan sepeda kesayangannya yang baru saja diservis setelah lama jarang dipakai |dokpri (MUIS SUNARYA)
Kambuhan dan berubah-ubah seperti ini biasanya terjadi karena kecenderungan minat, pengaruh lingkungan, atau teman-teman bermainnya.

Atau, kayaknya karena sekarang sedang tren bersepeda gegara kelamaan di rumah saja selama musim pandemi Covid-19 dalam empat bulan terakhir.

Orang-orang mungkin saking sudah jenuhnya berada di rumah terus. Perlu ada variasi dan cara mengusir rasa jenuh dan bosan selama ini.

Mencari alternatif aktivitas, mensiasati kecenderungan dan perhatian, menciptakan suasana yang berbeda, dan mengisi waktunya dengan bermain, dan menikmati (menggeluti) lagi hobinya.

Bisa juga karena sudah merasa bosan, atau bisa jadi ada bagian-bagian sepeda yang rusak. Bannya bocor, remnya tidak berfungsi, dan sampai rantainya karatan, saking jarang dipakai, dibiarkan begitu saja, dan tidak dirawat.

Alasan-alasan ini juga tampaknya yang dialami anak saya dan sepeda lipatnya.

Ilustrasi Sepeda anak saya setelah diservis, mirip-mirip Brompton-lah | dokpri (MUIS SUNARYA)
Ilustrasi Sepeda anak saya setelah diservis, mirip-mirip Brompton-lah | dokpri (MUIS SUNARYA)
Sudah lama sepeda lipat (baca: seli) ini menganggur. Ngejogrog di (pojokan) gudang. Jarang disentuh sama sekali. Hampir tidak pernah dilirik, dan dipakai selama ini.

Ditemani kakaknya, seli ini dibawa ke bengkel (bengkel sepeda ya, bukan bengkel mobil). Semua kerusakan selinya diperbaiki. Sekarang hampir seharian ia asyik bermain sepeda bersama teman-temannya. Kadang sampai lupa makan. Ibunya biasa spesialis yang langsung menegur.

Ilustrasi Sepeda Brompton | shutterstock.com
Ilustrasi Sepeda Brompton | shutterstock.com
Ngomong-ngomong tentang sepeda lipat (seli), akhir-akhir ini ada yang sempat viral, menghebohkan, dan menjadi perhatian publik.

Lantaran harganya yang selangit, melambung tinggi (mahal banget), dan menembus harga tak wajar sampai lebih dari 25-an juta rupiah. Berkisar Rp 25 juta-50 juta.

Ilustrasi Sepeda Brompton | shutterstock.com
Ilustrasi Sepeda Brompton | shutterstock.com
Merek sepeda lipat (seli) itu adalah Brompton, produksi London, Inggris. Didesain pada tahun 1979, seli ini begitu istimewa karena handmade (buatan tangan). Beratnya cuma 11 kg. Ringan banget ya. Untuk tahu lebih jauh tentang sepeda Brompton ini, bisa dibaca di sini.

Dibanding dengan sepeda anak saya tentu jauh ke mana-mana harganya, jelas "bainas samaa-i wal ardhi" (antara langit dan bumi). Harga satu sepeda Brompton kalau dibelikan sepeda seperti punya anak saya itu, kurang lebih dapat 15 - 25 buah sepeda.

Ilustrasi Sepeda Brompton | shutterstock.com
Ilustrasi Sepeda Brompton | shutterstock.com
Tapi anak saya dengan sepeda merek yang biasa-biasa saja seperti itu, apalagi sudah diservis, senangnya bukan main.

Prinsipnya, yang penting anak senang. Isyarat sayang anak. Sayang anak berarti menyenangkan dan membahagiakan anak. Kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orang tua juga, bukan?

Biarkan anak menikmati dunianya. Dunia anak. Dunia bermain. Bersenang-senang. Karena usia anak-anak adalah usia emas (golden age), dan sangat berharga.

Sayang kalau anak kita tidak menikmatinya. Karena masa kanak-kanak sekali seumur hidup. Dan masa-masa indah penuh kepolosan itu tidak akan kembali seiring waktu beranjak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun