Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berceritalah Hari Ini: Saya, Kompasiana, dan Kasih Sayang

14 Februari 2020   16:50 Diperbarui: 16 Februari 2020   00:07 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak berlebihan, kalau saya katakan, Kompasiana sebenarnya adalah rumah yang nyaman yang selalu menumbuhkan dan merawat semangat sosial profetik, terutama pesan kasih sayang itu.

Kasih Sayang dalam Perspektif Agama dan Kemanusiaan

Tentang kasih sayang, yang efektif dan signifikan, sebenarnya kadang tidak terlalu butuh ucapan dan tulisan. Kasih sayang itu yang paling penting praktiknya dalam setiap nafas kehidupan kita. Realisasinya dalam kenyataan dan kehidupan sehari-hari.

Kasih sayang juga sebenarnya tak kenal batas ke siapa, ruang dan waktu. Siapa pun, kapan pun dan di mana pun.

"Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu." -- HR. Abu Dawud dan Timidzi.

Saya dan kita semua sudah mempraktikkannya setiap saat pasti. Kepada pacar (bagi yang sudah punya), istri, anak-anak, sanak famili, saudara-saudara, tetangga, tanaman kita, hewan kesayangan, dan seterusnya.

Rasa kasih sayang itu inheren dan melekat pada diri kita masing-masing secara naluriah. Dan selalu diingatkan oleh diri dan lingkungan kita setiap saat. Maka ironi kalau ada orang tidak berkasih sayang, atau hilang rasa kasih sayangnya.

Saya dan kita, apalagi seorang muslim, setiap saat kita diingatkan untuk selalu memiliki rasa kasih sayang dan menebarkan kasih sayang ini.

"Siapa yang tidak menyayangi, maka tidak disayang." -- Hadis Shahih

Berangkat kerja, keluar rumah, hendak dan bangun tidur, makan, mulai melakukan pekerjaan, apalagi dalam melakukan ibadah kepada Tuhan, selalu melafalkan dan merapalkan kata kasih sayang ini, paling tidak, dalam kalimat Basmalah. Belum lagi, ucapan salam. Selalu meruah kasih sayang.

Maka tidak ada alasan, untuk tidak berkasih sayang dan menebarkan kasih sayang pada sesama. Siapa pun kita, dan ke siapa pun.

Kalau kemudian, misalnya ada orang yang selalu membenci, menebar kebencian, dan kekerasan, berarti dia sedang lupa sebagai manusia dan beragama.

Kalau ada orang seperti itu, dalam Islam, segera disalatkan saja. Karena dia sudah mati rasa. Seakan hidup dalam kematian. Mati sebelum mati. Tidak punya perasaan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun