Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan featured

Fokus Saja ke Mitigasi Bencana

5 Agustus 2019   23:53 Diperbarui: 15 November 2019   07:25 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erupsi Gunung Anak Krakatau yang berdampak tsunami di wilayah Selat Sunda terjadi pada 22 Desember 2018 yang lalu / Foto ANTARA

Negeri kita, Indonesia rawan bencana. Bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Begitu kata para ahli geologi.

Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah (diakibatkan pergerakan lava di perut bumi) menimbulkan gempa bumi.

Jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menimbulkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.

Bencana yang kerap menimpa seharusnya menjadi pembelajaran. Bagaimana agar kita tidak hanya sibuk menghitung berapa angka korban setiap kali ada bencana. Bencana datang cepat dan cepat pula berlalu. Lalu dilupakan begitu saja tanpa pembelajaran, evaluasi dan solusinya ke depan.

Padahal pasca bencana banyak pekerjaan rumah menanti dan harus dikerjakan. Jangan sampai bencana datang silih berganti, tapi tidak ada evaluasi dan solusi signifikan.

Evakuasi korban, perawatan yang terluka, pemulihan infrastruktur yang rusak dan trauma psikologis publik yang terdampak menjadi urgen dan prioritas saat bencana terjadi.

Hentikan provokasi dan berita hoaks tentang bencana. Stop menuduh pencitraan dan baperan paling berperan, paling berjasa dalam membantu penanggulangan korban dampak bencana.. 

Bagaimanapun korban bencana membutuhkan bantuan. Dan siapa pun, semuanya punya peran ulurkan tangan dan turun tangan bersama-sama.

Tidak ada lagi saling menyalahkan dan saling melempar tugas. Alasan bukan tupoksi, apalagi politis. Lakukan saja apa yang seharusnya dilakukan untuk korban. Fokus saja bekerja untuk korban. Titik!

Perbaiki sistem informasi dan komunikasi tentang bencana. Jangan sampai terjadi lagi informasi secara resmi dari BMKG dan BNPB yang meresahkan dan membuat panik publik. Informasi keliru dan typo, sampai perlu diralat dan diedit. Ini penting. Jangan dianggap enteng.

Bangun kembali media dan sistem peringatan dini bencana. Sehingga ada ikhtiar publik mengantisipasi dan merespons bencana yang akan terjadi.

Kasus seismograf atau alat pengukur gempa yang memantau aktivitas gunung berapi yang terjadi kerusakan atau tidak berfungsi, misalnya, jangan sampai terulang kembali.

Atau, jangan sampai terjadi lagi, publik panik dan lari terbirit-birit, gegara bunyi sirene alat peringatan dini yang diklaim tidak berfungsi, tapi dengan liar tiba-tiba bunyi sendiri, misalnya.

Lakukan pendidikan dan pelatihan untuk publik dalam menghadapi bencana. Penyuluhan publik dan simulasi menghadapi bencana adalah penting. Agar publik tahu, terbiasa tenang dan tidak panik merespons kondisi saat bencana datang.

Evaluasi pembangunan gedung dan tempat tinggal. Apakah sudah memenuhi dan memadai benar-benar anti gempa dan tsunami.

Semua ini paling tidak adalah mitigasi atau ikhtiar untuk mengurangi dampak bencana. Mitigasi ini yang kerap menjadi masalah krusial setiap kali bencana datang. Saling lempar tanggung jawab dan kewenangan antar instansi atau lembaga selalu saja muncul.

Ke depan, ini semua harus menjadi agenda nasional mendesak dan program prioritas. Jangan sampai bencana keburu datang dan datang lagi. 

Dan masalahnya itu-itu saja. Dari bencana ke bencana. Fokus pada soal mitigasi bencana saja. Ikhtiar tetap wajib. Setelah itu berserah diri pada Tuhan. Semoga Tuhan selalu melindungi kita. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun