Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kenapa Tetap Harus Jokowi dan Tidak Prabowo?

20 Februari 2019   12:51 Diperbarui: 11 Maret 2019   12:24 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Jokowi tersenyum bersama istrinya. Sementara Prabowo begitu mesra dicium kudanya.

Kurang dari enam puluh hari lagi pilpres digelar. Atmosfirnya sudah makin memanas. Kedua kubu capres saling menyerang tak terelakkan.

Dua kali debat sudah berlalu. Debat menyisakan debat. Berdebat tentang debat terus bergulir. Memengaruhi atau tidak untuk pemilih, terutama yang belum menentukan pilihannya, bukan masalah. 

Akhirnya, alih-alih meredam suasana yang makin memanas ini, justru berdebat tentang debat capres ini makin menambah panas, bahkan mendidih dan menguap, sehingga membuat kusut, hiruk-pikuk dan berisik luar biasa di lini masa.

Segala cara dilakukan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga S. Uno untuk menyerang petahana. Politisasi agama, menyebar fitnah dan hoaks terus dilancarkan. Sampai-sampai pulpen dan earphone pasca debat kedua pun menjadi sasaran fitnah. Ini jelas isyarat. Isyarat makin kusut saja pilpres ini.

Dalam kontestasi pilpres 2019 ini, pertanyaan yang mendasar adalah siapa sebenarnya yang lebih pantas dan harus didukung, Jokowi - Ma'ruf Amin atau Prabowo - Sandi? Haruskah tetap mendukung Jokowi dan (mengulang) tidak Prabowo? Kenapa? 

Tulisan ini sengaja sekadar menganggit beberapa, sedikitnya tiga saja (menurut saya, yang paling greget) dari begitu banyak alasan, kenapa saya harus tetap mendukung Jokowi, dan tidak Prabowo.

Pertama, Prabowo - Sandi tidak berpengalaman. Baik Prabowo juga Sandi belum teruji dan belum cukup pengalaman dan kemampuannya dalam memimpin bangsa yang besar ini. Memimpin negara begini besar tidak boleh pakai coba-coba. Harus meyakinkan.

Rekam jejak keduanya blur, tidak jelas visi misinya dan sangat diragukan. Karir Prabowo di militer bukan atas dasar prestasi dan kemampuan kepemimpinannya yang otentik dan profesional. Semua orang tahu ini. 

Karir Prabowo di militer sekadar karir "rekayasa dan hadiah". Karena ia dekat dengan "Keluarga Cendana", sekaligus mantu dari presiden orde baru saat itu. Kalau tidak, mana ada promosi seorang prajurit begitu cepat secepat Prabowo tanpa prestasi karir yang membanggakan dan tanpa prosedur yang baku.

Juga Sandi. Bicaranya saja belepotan. Wawasannya saja sempit. Cara berpikirnya dangkal dan sering tidak rasional. Kurang menguasai masalah. Sandi hanya sebentar jadi wakil gubernur DKI Jakarta. Itu juga jadi karena aksi berjilid dari politisasi agama yang masif.

Hal ini berbeda jauh dengan Jokowi - Ma'ruf Amin. Jokowi berhasil dan berprestasi sebagai walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI selama empat tahun terakhir ini. Sudah tidak diragukan lagi. Kinerjanya luar biasa dalam membawa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini. Jokowi sudah membuktikan dan meyakinkan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun