Mohon tunggu...
Muh Zadit
Muh Zadit Mohon Tunggu... Penulis - Blogger SEO Copywriting
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyiar kreatif dalam pemasaran online, menjangkau audiens luas secara organik, dengan konten sosial media, jurnalistik & SEO blogging, untuk mendominasi pencarian Google, membangun brand awareness, memikat pembaca potensial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghadapi Beda Pendapat Maulid Nabi

5 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 5 Desember 2018   08:27 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ustadz Sayf bersama Buya Yahya mengadakan Maulid Nabi dengan Albahjah dan berbagai cabangnya, namun ada saja yang berbeda pendapat menyinggung acara maulid Nabi, lalu bagaimana sikap kita menghadapinya?


Sikap Muslim Aswaja Sikapi Maulid Nabi Muhammad

Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Wr. Wb Buya saya mau bertanya: "Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat di kalangan masyarakat seperti: Tahlilan, Perayaan Maulid Nabi dan sebagainya? di antara mereka ada yang mengatakan hal itu semua adalah bid'ah." saya mohon pencerahannya Buya!

Jawaban Buya Yahya:
Wa'alaikum Salam Wr. Wb.

Dikatakan oleh para ulama, menghukumi sesuatu itu harus tahu betul hakikat sesuatu yang dihukumi, maka tidak sah jika seseorang itu menghukumi tahlil itu bid'ah atau maulid itu bid'ah sebelum mengetahui apa hakikat tahlil dan maulid. Tahlil adalah membaca dzikir dan beberapa ayat Al-Qur'an kemudian setelah selesai membaca dzikir dan ayat-ayat pilihan tersebut berdo'a dan memohon kepada Allah di dalam doa tersebut agar Allah SWT menyampaikan pahala kebaikan dari bacaan dzikir dan Al-Qur'an tersebut kepada orang yang telah meninggal dunia.

Para ulama menyebut tahlil ini dengan istilah menghadiahkan pahala kepada orang yang telah meninggal dunia. Hukum menghadiahkan pahala kepada orang yang telah meninggal dunia telah disepakati oleh semua madzhab dan ulama tentang diperbolehkannya.

Begitu juga masalah Maulid Nabi yang makna dari merayakan Maulid Nabi adalah mengagungkan dan menyanjung Nabi SAW. Mengagungkan dan menyanjung Nabi adalah sangat dianjurkan dan semua yang ada pada Nabi adalah layak untuk disanjung dan layak untuk diagungkan. Itulah yang dipahami oleh para ulama Salafuna Shaleh dari masa ke masa. Mengagungkan hari kelahiran Nabi termasuk bagian dari pengagungan terhadap Nabi SAW. Hal ini bukan mengikuti tradisi orang yang ada di luar Islam, akan tetapi ini mengkuti kaidah yaitu : "Semua yang bersangkutan dengan  Nabi adalah mulia dan layak untuk diagungkan."

Akan tetapi cara mengagungkan Nabi harus dengan hal-hal yang dicintai dan di ridhai oleh Nabi SAW, seperti dengan bersedekah atau mengadakan festival sejarah Nabi dengan memacu para siswa untuk berlomba-lomba membaca sejarah nabi atau mengumpulkan kaum Muslimin di satu tempat lalu ada salah satu dari mereka menyampaikan tentang keagungan Nabi SAW. Itulah maulid Nabi SAW. Wallahu a'lam bish-shawab.

-------------------------------------------
Dapatkan kumpulan tanya jawab bersama Buya Yahya dalam buku :
Informasi : 082127812592

Dengarkan setiap tanya-jawab Buya Yahya melalui radio :

Buya Yahya Menjawab - RadioQU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun