Mohon tunggu...
Muhsin Nuralim
Muhsin Nuralim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at UIN Sunan Kalijaga in Religious Studies | English Tutor | Bibliophile

Menulis untuk belajar memahami perspektif lain dan menghargai keberagaman

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Mengasah Skill "Mindfulness: Seni Menggengam Waktu"

15 April 2021   06:30 Diperbarui: 15 April 2021   07:05 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kelvin Valerio from Pexels.com


"Ting!"

"Buzz...Buzz...Buzz!"

Suara notifikasi sosial media selalu menjadikan kita tak kunjung beranjak dan terbebas dari handphone masing-masing. Kecuali mungkin kalo nggak ada koneksi internet, baru deh tangan kita bisa lepas dari keasyikan selancar di dunia maya.

Kecenderungan untuk tidak bisa lepas dari dunia penuh notifikasi itu melahirkan fenomena FOMO (fear of missing out); Rasa cemas dan takut kehilangan sesuatu. Disadari atau tidak, sebagai warga milenial yang kebanyakan menghabiskan waktu di dunia digital perasaan seperti cemas, rendah self-esteem, dan anxiety kerap muncul.

Sebagai respon atas beragam perasaan yang dikategorikan kepada istilah mental health itu, lahirlah cara-cara untuk menanggulangi fenomena FOMO, JOMO misalkan (joy of missing out). Tapi, yang akan kita diskusikan di sini adalah konsep tentang hadir pada momen, being in the present.

Ngaku aja deh, sebagai manusia, kita pasti memiliki permasalahan-permasalahan yang terus menghantui pikiran kita. Masa lalu yang terus disesali, masa depan dan ketidakpastiannya yang menjadikan kita khawatir, tugas numpuk dengan deadline mepet, atau masalah hutang dan bingung cara melunasinya (emang sih kalo masalah hutang bikin kepala pening).

Saking banyaknya hal-hal yang kita pikirkan, kadang tuh kita lupa pada apa yang kita miliki. Pada pengalaman yang kita rasakan, pada momen yang mungkin tak akan pernah terulang. Kecenderungan-kecenderungan memikirkan segudang masalah menjadikan kita sulit untuk bertahan dalam mode konsentrasi lama-being in the present, at the moment.

Alih-alih mengembangkan keterampilan seperti penambahan kosa kata baru dalam belajar bahasa asing, keterampilan memasak, keterampilan marketing, atau keterampilan lain yang menuntut kita meluangkan waktu yang tak pernah kita punya. Saya mau bagikan salah satu keterampilan yang rasanya cocok diaplikasikan siapa saja, sibuk atau enggak, saat Ramadhan kali ini, yaitu mindfulness.

Konsep mindfulness sangat sederhana sekali. Intinya kita hadir pada waktu saat ini. Setidaknya itu yang saya pahami atas mindfulness. 

Iya kan? Kadang tuh kita terlalu banyak memikirkan hal yang sudah lalu, yang tak bisa kita ulang, atau masa depan yang belum tergenggam. Pikiran-pikiran sibuk kita menjadikan kita lupa pada masa yang kita pijak, pada saat ini yang kita miliki.

Kalo kata Justin Timberlake mah "Yesterday is history, and tomorrow is mystery" saya tambahkan, but today is a gift. Itulah kenapa Bahasa Inggris-nya sekarang adalah present (hadiah).

Saat ini merupakan hadiah. Waktu yang hanya kita punya adalah saat ini, bukan kemarin atau besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun