Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Medis Jangan Jadi Alat Politis-Ideologis: Ra Vaksin Ra Popo

15 Juli 2021   02:38 Diperbarui: 15 Juli 2021   02:50 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dok Pribadi

  

Apa hukum vaksin, masker dan prokes? Wajib kah? Jikalau mengatakan hukum vaksin itu wajib, bisa dibilang kalau vaksin itu bukan sains, karena dalam paradigmanya, tak ada yang diwajibkan oleh sains, justru sains berkembang dengan bantahan akan teori-teorinya yang dianggap mapan, namun ternyata dapat diruntuhkan. Yang oleh Thomas Kuhn disebut sebagai 'pergantian paradigma'.

Tak ada Kewajiban dalam Sains

 Tak pernah ada kewajiban dalam paradigma atau pandangan-pandangan sains, Newton tak pernah mewajibkan kita tuk mempercayai teori gravitasi yang ditemukannya, Planck tak pernah mewajibkan kita tuk mempelajari sekaligus mempercayai fisika kuantumnya. Justru para ilmuan yang benar-benar menganggap dirinya ilmuan, mereka akan membuka pintu lebar tuk membantah teori yang mereka temukan.

 Seperti kata Popper dalam The Logic Of Scientifik Discovery, bahwa :

"Suatu hal bisa disebut benar secara ilmiah, bukan karena ia terbukti, tapi karena ia tahan ketia ia diuji"

 Popper dalam karyanya mengisyaratkan bahwa tak ada kebenaran mutlak dalam Sains, karena semuanya debetable (dapat dibantah) selama masih ada pengetahuan atau argumen yang dapat meruntuhkan teorinya, yang kemudian ia sebut sebagai metode falsifikasi.

 Masih dalam pandangan Popper, bahwa Sains itu berkembang dengan membawa dua metode andalannya, yakni Verifikasi (pembenaran) dan Falsifikasi (penyalahan), ketika suatu hipotesa ter-verifikasi, maka ia dapat menjadi teori dengan mengukuhkan bukti-bukti, namun ketika hipotesa maupun teori itu terfalsifikasi, maka keilmiahannya gugur dan digantikan oleh teori yang baru. Ketika teori itu lolos falsifikasi, maka ia harus difalsifikasi terus sampai menemukan titik salahnya, dengan demikian majulah pengetahuan manusia.

Vaksin dan Prokes itu Sains bukan?

 Mari melihat Vaksin, Vaksin adalah suatu hal yang berpijak pada pijakan medis, yang mana kita ketahui bersama bahwa medis berpijak pada Sains (biologi khususnya), maka tentu berlaku verifiabilitas dan falsifiabilitas di dalamnya. Ketika tak ada salah satu dari metode falsifikasi maupun verifikasi, maka kita harus menanyakan kelayakan hal tersebut tuk dikatakan sebagai ilmu yang saintifik.

 Ketika Vaksin sebagai paradigma bertemu dengan paradigma yang menggugurkannya, maka runtuh sudah konstruksi ilmiahnya. Vaksin bahkan medis juga sama seperti sains (natural sains) yang lainnya, dapat digugurkan teorinya selama ada teori yang lebih kuat tuk menggantikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun