Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hamburan Makna pada Jejalanan Kota: Pagi hingga Senja

29 November 2020   21:51 Diperbarui: 29 November 2020   21:53 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita ini ditulis oleh cakrawala, ia menulisnya tepat di dalam tubuh sejarah, yang melukiskan betapa indah-nya guratan makna yang berhamburan di jalan raya, sekaligus pedih-nya malapetaka yang menimpa hamba-hamba Tuhan yang belum merdeka. 

Tariklah nafas, hembuskan dengan lugas, saksikanlah uraian cakrawala akan betapa luar biasa-nya makna-makna yang tertimbun di dalam kepala semesta.

Selamat menikmati

Dikala pagi tiba pada suatu hari dalam suatu ketika, ada tukang sampah mulai meneteskan keringatnya, ada pasar penuh dengan hingar-bingar suara warga, ketika itulah seorang bocah keluar dari mimpinya, matahari menyapanya dari sela-sela jendela, dimana jendela itu ialah hasil dari kerja keras seorang tukang kayu yang mencari nafkah untuk keluarga.

 Bocah itu berlarian menuruni tangga tuk persiapannya mencari makna yang berhamburan di sela-sela kota, sementara itu, tukang kebun sedang pamit kepada  istri dan anaknya, ia pamit tanpa sesuap nasi yang dicerna, ada juga tukang bangunan yang bangun pagi guna menuntaskan pekerjaan, dengan sebungkus nasi harapan dari istri tersayang, bocah itu masih melanjutkan persiapannya.  

 Ia menuju kamar mandi untuk membasuh diri, sementara ada orang-orang di plosok sana yang membutuhkan air bersih, selesai mandi ia berganti pakaian dan memakai jaket tuk menghangatkan badan, padahal banyak sekali anak-anak yang kedinginan berhamburan di jalan-jalan, tapi juga ada pejabat jahat yang menjadi sebab akibat, bocah itu pamit pada kulitnya, ibunya menyuruhnya mengisi lambung dengan sesuap nasi, ia menolak dan pergi layaknya tukang kebun tadi.

 Setelah keluar dari rahim rumah, ia menatap wajah rumahnya, rumah terlihat gembira dan menitipkan pesan kehidupan padanya, bocah itu mulai mengayuh roda semangatnya untuk menemukan makna pada jejalanan kota. Di awal perjalanan, ia melihat seorang pemulung yang sedang mengorek tempat sampah, berharap ada sebungkus cahaya tuk mengisi perutnya.

 Bocah itu mulai terlunglai air matanya, ia melanjutkan perjalanan karena tak ada sesuatu yang dapat ia beri, kecuali doa yang ia panjatkan di dalam hati. Melewati perempatan kota, bocah itu memandang geliat perjuangan hidup disana, ada seorang penjual koran yang nampak kesakitan, ada sosok ibu yang berjalan mencari harapan, juga ada mobil pejabat lewat tuk membuat malapetaka menjadi kejadian.

 Bocah itu nampak marah pada mobilnya, mobil nampak takut ketika ditatapnya, ternyata mobil tersebut tak ikhlas untuk dijadikan kendaraan dosa, bocah itu lagi-lagi menguras emosi didadanya, melihat pemandangan kota yang membawa pesan semesta, pemandangan yang sering dianggap orang sebagai hal biasa.

 Bocah itu melanjutkan pembacaannya, ia menuju taman, dilihatnya anak kecil yang meringkuk kedingian di tepian, nampak tubuhnya lemas setelah ditimpa hujan, entah kenapa hujan tega tuk menimpannya. Di tengah taman, nampak pemuda-pemudi yang sedang kencan, semesta serasa milik mereka berdua, orang yang berolah raga di sekitarnya tak peduli, karena sibuk tuk mengumpulkan keringat tubuh tuk disimpan di botol-botol waktu.

 Bocah itu rehat sejenak, ia lihat sesosok ayah yang sedang mengeja jarak, sambil mendorong gerobak kehidupan yang ia gunakan tuk menafkahi keluarga, bocah itu menoleh ke-kiri, dilihatnya gerombolan keluarga bahagia yang sedang berlari, menulis tawa di sendi-sendi kaki, membuat paragraf canda di muka jalan-jalan basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun