Masker, sekarang sudah menjadi kebutuhan primer kita dalam rangka menaati peraturan negara, dimana negara sudah membuat hukuman bagi warganya yang tak bermasker, disini saya akan mencoba mengungkap apakah memakai masker hanya sebuah paradigma dogmatis, atau justru menjadi paradigma saintis.Â
 Covid-19/Corona adalah alasan kita untuk memakai masker, tentunya saya yakin bahwa para pembaca sudah mengetahui apa itu corona, jadi tak usah berjelibet-ngedupet, saya akan menuju topik saintisnya. Karena ini bukan sebuah metafisika, jadi sekali-kali gapapa kali yak saya menjadi orang yang mengkritik menggunakan asas positifistik hehe.Â
 Sebelum menuju pembahasan yang lebih dalam, saya disini mengingatkan bahwa saya bukan penganut teori konspirasi, melainkan pejuang verifikasi, jadi apapun yang saya katakan disini dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Masker pada fungsi fundamental-nya adalah alat yang digunakan untuk menetralisir polusi udara, dalam tenaga medis biasa digunakan sebagai alat pelindung diri (APD) agar tak tertular oleh virus pasien yang ditangani, singkatnya, masker adalah alat yang digunakan sebagai penangkal virus atau racun di udara.Â
 Namun, dewasa nasional ini, ada gaya hidup baru di tengah wabah corona ini, yakni New Normal, sebuah gaya hidup baru dengan menggunakan asas-asas medis (bukan saintis) yang substansi diantarannya yakni : Memakai masker, Jaga jarak, Disinfektan badan, Ukur suhu sebelum masuk ruangan dan semacamnnya. Disini saya hanya akan membahas perihal masker sahaja, karena bisa-bisa saya dipidana kalau mendakwahkan verifikasi terhadap semua itu hehe.Â
 Sebuah jurnal, mengatakan tentang bahaya memakai masker untuk orang sehat, bahkan awal-awal pandemi ini, kita sama-sama mengetahui kalau Kemenkes mengimbau agar orang sehat tidak perlu memakai masker, mengapa demikian, coba pembaca melihat ulasan singkat ini.Â
 Mungkin betul bahwa sekarang, kita tidak bisa mengidentifikasi mana yang terpapar wabah, mana yang sehat. Mangkannya dengan hipotesa demikian, pemerintah menghimbau rakyatnya untuk lebih waspada terhadap wabah dengan cara memakai masker untuk menutup hidung dan mulutnya, tapi masker yang mana dulu? Nanti kita bahas.Â
 Sedikit cerita, tadi malam saya bertemu dengan seorang ahli akupuntur di Kota Malang, tak saya sebutkan namannya. Sempat terjadi diskusi singkat perihal pemakaian masker ini, ternyata oh ternyata, orang sehat yang memakai masker terlalu sering, maka jalur meridiannya akan kacau, sehingga energi di dalam tubuh berkurang secara signifikan dan imunitas tubuh menurun sedemikian jauh.Â
 Lalu, kita mungkin lupa, bahwa di awal-awal wabah, Kemenkes juga membagi jenis masker kedalam 3 jenis, Yakni :
1. Masker N-95
Yaitu masker yang biasa digunakan dokter untuk menangani pasiennya, intensitas pertahanannya untuk virus yakni >95%