Mohon tunggu...
Muhlisin Madras
Muhlisin Madras Mohon Tunggu... Penulis - Nasionalis, Agamis, Penulis

Kemanusiaan adalah intisari dari agama. Tidak beragama seseorang selama ia abai akan nilai-nilai kemanusiaan. Nasionalisme adalah penjamin dari kenyamanan beragama dan kemanusiaan itu sendiri. Salam.

Selanjutnya

Tutup

Politik

'"Sudden Death" Parpol, Pileg atau Pilpres?

5 November 2018   02:22 Diperbarui: 5 November 2018   02:34 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai politik (parpol) berada di persimpangan jalan yang sangat rumit. Pemilu 2019 menjadi laga hidup mati alias sudden death.

Bertahan berarti hidup. Tak lolos parliamentary treshold atau ambang batas parlemen, berarti mati. Minimal jadi partai gurem selama lima tahun.

Sakitnya, parpol tak bisa fokus kepada pemilu legislatif (pileg) sebagai satu-satunya arena kompetisi penetuan eksistensi. Tak bisa fokus menyelamatkan diri. Karena secara bersamaan, 17 April 2019, juga digelar pemilihan umum Presiden-Wakil Presiden (pilpres) RI.

Praktis tak banyak pilihan tersedia. (1) berbagi konsentrasi antara pilpres dan pileg, atau (2) jadikan pileg sebagai prioritas utama. Pilpres sebagai 'sambilan'.

Berkaca pada banyak hasil survei terkini, hanya dua parpol yang sangat mungkin berbagi konsentrasi secara maksimal antara pilpres dan pileg. Yakni PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Sebagai pengusung utama Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandi, PDI Perjuangan dan Gerindra mendapat bonus elektoral yang signifikan dari dua kontestan pilpres 2019 ini.

Selebihnya tidak. Bahkan nyaris tak mendapat bonus elektoral sama sekali dalam pilpres. So, 'ngapain' ngurus pilpres. Karena pileg adalah pertarungan yang sebenarnya.

Musababnya adalah UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang mengatur ambang batas parlemen naik menjadi 4% dari suara sah nasional. Bukan angka yang kecil. Karena sebagian besar parpol lama berpotensi terlempat dari Senayan. Sementara parpol baru lebih berat lagi untuk menebus DPR RI.

Hasil survei LSI Denny JA menarik untuk dipelototi. Pada survei yang dilakukan 12-19 Agustus 2018 dengan menggunakan metode multistage random sampling, melibatkan 1.200 responden dan margin of error 2,9 persen, mungkin bikin banyak parpol kecut jantung. Hasil surveinya, hanya lima parpol yang elektabilitasnya menembus parliamentary treshold.

Lima parpol tersebut yakni PDIP 24,8%, Gerindra 13,1%, Golkar 11,3%, PKB 6,7%, dan Partai Demokrat 5,2%. Selebihnya tak cukup modal elektoral untuk menembus Senayan.

Parpol yang namanya menurut hasil survei LSI Denny JA, tak mencapai parliamentary treshold adalah: PKS) 3,9%, PPP 3,2%, NasDem 2,2%, dan Perindo 1,7%. Lalu PAN 1,4%, Hanura 0,6%, PBB 0,2%, PSI 0,2%, Berkarya 0,1%, Garuda 0,1%, dan PKPI 0,1%. Terakhir undecided voter 25,2%.

Data hasil survei yang juga tak cukup menggembirakan bagi sebagian besar parpol juga dirilis lembaga Alvara Research Centre. Pengambilan data dilakukan 20-28 Juli 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun