Mohon tunggu...
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi Mohon Tunggu... lainnya -

Saya manusia biasa yang makan dan minum...bisa lapar dan haus..yang bisa senyum dan sakit...bisa gembira dan luka hati...bisa tertawa dan meneteskan air mata...seperti teman-teman semua...saya manusia...\r\nTapi hamba ini berdo'a..jika hamba mati..darah hamba mengalir di bumi dan menulis kalimat الله\r\n\r\nwww.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sinergi Makhluk Pribadi dan Makhluk Sosial Melalui Puasa

25 Agustus 2010   22:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaaba at the heart of Mecca. As the night goes...

[caption id="" align="alignright" width="183" caption="Image via Wikipedia"][/caption]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Jama’ah Kajian Online yang dicintai Allah…

Manusia merupakan makhluk sosial dan makhluk pribadi. Kedua aspek tersebut menyatu dan tidak berpisah satu sama lain. Oleh karena ianya merupakan suatu kodrat yang asli bersemayam dalam “diri” manusia, maka sebagai konsekwensinya tentunya kedua aspek tersebut dilengkapi semua persyaratan dan fasilitas untuk implementasinya. Sebagai makhluk sosial manusia difasilitasi dengan komponen dan perangkat yang memungkinkan fungsi sosialnya bisa bekerja normal. Sebagai makhluk pribadi, perangkatnya juga sudah ada, sehingga fungsi pribadi tersebut mampu memberikan makna sesungguhnya bagi diri manusia. Kedua fungsi tersebut saling memenuhi dan saling melengkapi.

Memperhatikan kondisi asli tersebut, maka bulan ramadhan ini menjadi suatu ruang agar mendukung kedua fungsi tersebut. Satu sisi hati manusia ditempa dengan pembakaran mental spiritualismenya, sehingga diharapkan pembentukan ini bisa menjadikan semua perangkat pribadi manusianya memiliki kesiapan untuk bekerja secara matang dan berdaya mutu, dalam tugasnya di bumi karunia pencipta-Nya. Satu sisi lagi manusia digembleng semangat sosialnya untuk menyisihkan sebagian rizkinya untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Pada bulan puasa ini seseorang ditekankan untuk menapis pendapatan pribadinya sehingga bisa berfungsi sosial, yaitu dengan menambah sodaqoh, infaq, dan zakat, di mana semua perilaku mulia tersebut menopang karakter sempurna pribadinya berhadapan dengan Sang Maha Pencipta. Sementara dengan mengurangi makan dan pelampiasan nafsu hasrat pribadinya, karakter tersebut bisa dominan dan stabil melayani kediriannya sebagai bagian dari masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa sebelum masanya tiba Rasulullah SAW untuk berkumpul dan berdakwah di tengah kumpulan manusia, maka jiwa dan pribadi Rasulullah lebih dahulu mengalami penempaan dan pembekalan dengan ilmu karakter dan ilmu manajemen jiwa yang semua itu berguna dalam mendukung saat dirinya bersosial.

Sebenarnya persoalan puasa adalah persoalan pribadi, tidak ada kaitannya dengan orang lain. Mau puasa atau tidak, orang lain tidak tahu dan tidak berhak mengetahuinya. Yang menjadi permasalahan adalah adanya sesuatu efek yang mengiringinya pada saat seseorang tersebut berpuasa atau tidak. Sangat jelas perbedaan orang yang berpuasa atau tidak, di mana orang yang berpuasa merasakan bahwa kehadirannya ke tengah masyarakat adalah untuk menyampaikan pesan pengabdiannya dan sekali-kal tidak untuk menampilkan dirinya sebagai sosok pengrusak dan pengganggu. Seorang yang berpuasa tidak mudah untuk terprovokasi dan terhanyut dalam ritme dan tarian emosi orang lain yang menggebu-gebu. Kesadaannya serasi yaitu keinginannya tidak selalu sama dan tidak bisa memaksanakan kemauannya kepada orang lain, apabila orang lain pantang mengikuti kemauannya. Semua itu dihadapinya sebagai suatu kepastian dan keniscayaan dalam bersosial. Dan inti dari kemakhlukan kita yang dimensional itu, memberikan kesadaran bahwa kehendak sesungguhnya bukan dari kita, tetapi dari kehendak kebersamaan dan kesepakatan banyak orang. Keputusan yang diambilnya sepadan dan tidak berhadap-hadapan satu pihak dengan pihak lainnya. Keputusan yang ditetapkan sesuai dengan pribadinya yang sosial dan sosialnya yang pribadi.

Jama’ah Kajian Subuh Online yang dicintai Allah…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ » . صحيح البخارى

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan palsu dan melakukannya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memperdulikan ia dalam meninggalkan makanan dan minumannya.“

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun