Mohon tunggu...
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi Mohon Tunggu... lainnya -

Saya manusia biasa yang makan dan minum...bisa lapar dan haus..yang bisa senyum dan sakit...bisa gembira dan luka hati...bisa tertawa dan meneteskan air mata...seperti teman-teman semua...saya manusia...\r\nTapi hamba ini berdo'a..jika hamba mati..darah hamba mengalir di bumi dan menulis kalimat الله\r\n\r\nwww.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Puasa Meredam Nafsu Amarah

4 September 2010   22:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:26 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamu’alaikum wr. wb.

Jama’ah Kajian Subuh online yang dicintai Allah…

Nafsu amarah merupakan nafsu dasar dalam diri manusia. Lahirnya seiring dengan lahirnya manusia di dunia ini. Jadi antara nafsu amarah dengan badan manusia itu identik, serupa dan sewajah. Boleh dikatakan bahwa jazad manusia merupakan bentuk nafsu amarah manusia tersebut. Nafsu amarah ini buta, meskipun memiliki mata, bisu meskipun memiliki mulut, tuli  meskipun memiliki pendengaran dan bodoh meskipun memiliki otak. Nafsu amarah adalah bentuk fisik manusia. Buta, Bisu, Tuli dan bodoh merupakan keadaan default badan manusia. Keadaan default tersebut akan berulang pada saat manusia meninggalkan badan jazadnya sendiri. Badan tersebut menjadi buta, bisu, tuli dan bodoh, tidak mampu melayani apapun aksi dari luar dirinya, sebab sudah menjadi bangkai. Itulah kita, hakikatnya bangkai, mayat berjalan ke sana-kemari yang hadir untuk memenuhi jalan-jalan takdir dan rencana-Nya di dunia ini.

Mendalami nafsu amarah ini, kita akan memetik sebuah makna hakiki dalam diri manusia terutama saat kita berpuasa. Makanan yang kita makan, minuman yang kita minum, meskipun halal dan thoyib, tetapi tetap saja memiliki potensi untuk menggelincirkan manusia dari jalan ridla Allah dan umat manusia. Mengapa? Sebab dalam makanan dan minuman kita tersimpan banyak nutrisi dan vitamin serta kalori, yang semua itu membentuk energi dan tenaga, dan tenaga inilah merupakan awal penyelewengan. Maka, puasa itu menjadikan makanan dan minuman “haram” dimakan dan diminum untuk sementara waktu, dan memakan dan meminumnya tanpa alasan syar’i yang valid, haram hukumnya.

Kemudian hikmah yang bisa dipetik dari nafsu amarah ini, adalah makna keterbatasan. Sesungguhnya penghalang kemerdekaan dan kebebasan manusia ada dalam badan manusia itu sendiri. Keinginan manusia sangat melampaui alam ini, menebus batas dunia, tetapi manusia terhalang oleh badannya sendiri, sehingga cita-cita dan harapan serta keinginannya pupus dan layu sebelum berkembang. Ketika kita bercita-cita tinggi, maka penghalang pertama bukanlah orang lain, tetapi badan kita sendiri. Kemampuan-kemampuan badan kita sangat terbatas, dan sering kali justru sakit yang kita rasakan sebenarnya berasal dari badan nafsu amarah kita sendiri.

Jama’ah Kajian Subuh Online yang diridlai Allah…

Nafsu dengan amarah tersebut berbeda. Nafsu merupakan “diri”, sedangan amarah merupakan "sifat" diri tersebut. Maka kita tahu, bahwa ada nafsu yang tetap dan diridlai Allah, ada nafsu yang dilaknat oleh Allah. Nafsu yang dilaknat oleh Allah inilah yang dinamakan nafsu amarah.

Mengenal nafsu amarah ini sangat perlu dan wajib, agar kita mampu mengalahkan dan melumpuhkannya. Ketika hati kita dendam, benci, jengkel, marah, iri, itulah namanya nafsu amarah. Dari sifat tersebut, menampilkan muka dan badan yang terburu-buru dan memaksakan diri, maka muncul tindakan dan perilaku kurang sehat yang kadang ringan, tetapi akan sangat membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain bila badan memiliki tenaga dan kuasa memfasilitasi nafsu amarah tersebut. Maka puasa ini satu-satunya jalan meredam nafsu amarah dalam diri kita.

Jama’ah Kajian Subuh online yang dicintai Allah…

Demikianlah sekelumit kajian ini, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita untuk memahami dan menyadari nafsu amarah dalam badan kita. Amien.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun