Indonesia adalah Negara BESAR. Namun kini, di tengah geliat urbanisasi, publik justru disodori realitas baru yakni rumah subsidi dengan luas bangunan hanya 14 m².
Rumah subsidi 14 m² tengah ramai diperbincangkan publik. Desain mungil ini diperkenalkan sebagai bagian dari konsep rumah terjangkau yang dikembangkan oleh pihak swasta, dalam hal ini Lippo Group, dan dijelaskan oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) untuk memperkecil batas minimal luas rumah subsidi melalui penerbitan regulasi baru rumah subsidi.
Namun, alih-alih menjadi angin segar bagi masyarakat berpenghasilan rendah, konsep ini justru memantik banyak tanda tanya soal kelayakan dan kemanusiaan sebuah tempat tinggal.
Seperti yang terlihat di penampakan mock up rumahnya, konsep rumah subsidi ini lebih menyerupai kos-kosan ketimbang rumah. Bayangkan, dengan luas bangunan 14 m², ruang gerak benar-benar terbatas.Â
Satu kamar tidur, satu kamar mandi, dan area serba guna yang harus menampung aktivitas memasak, makan, hingga bersantai semua dalam satu ruang sempit.Â
Untuk yang sudah berkeluarga, apalagi yang memiliki anak, hunian seperti ini tampaknya kurang cocok. Bayangkan harus memasak hidangan rumahan seperti tumisan, gorengan, atau olahan berkuah di ruang sekecil itu aroma masakan akan langsung memenuhi seluruh ruangan tanpa ampun. Sirkulasi udara yang terbatas tentu akan membuat rumah jadi pengap dan tidak nyaman.
Karena dapur di dalam sangat sempit dan kurang ideal, masa iya masaknya outdoor, jadi kayak lagi camping. Masak outdoor seperti ini jelas bukan solusi jangka panjang. Selain tidak praktis, kondisi tersebut justru dapat menurunkan kualitas hidup penghuni.Â
Bahkan, kecenderungan untuk membeli makanan siap saji dari luar akan meningkat. Secara ekonomi, ini jelas memboroskan dalam jangka panjang, apalagi bagi keluarga kecil yang sedang mengatur keuangan.
Belum lagi penempatan lemari pakaian, kulkas, dan perabot rumah tangga lainnya yang mau tak mau akan "memakan" ruang hidup yang sudah sempit. Ruangan menjadi sumpek, mobilitas di dalam rumah terbatas, dan kenyamanan pun harus dikorbankan setiap hari.
Dan bagaimana dengan kendaraannya. Jika rumah seperti ini belum dipagar atau tersedia garasi tertutup, maka motor yang biasanya menjadi satu-satunya moda transportasi yang terjangkau bagi penghuni rumah subsidi, masa iya mau dimasukkan ke dalam rumah. Ruang yang sudah sempit, akan semakin terasa sempit.