Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... unknown

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kesederhanaan sebagai Jalan Menuju Ketenangan Hati dan Jiwa

31 Mei 2025   00:14 Diperbarui: 31 Mei 2025   00:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chill Guy (Getty image) 

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang penuh persaingan dan ambisi, kesederhanaan sering kali dipandang sebelah mata. Banyak orang mengejar kehidupan glamor, pencapaian material, dan validasi sosial tanpa henti, seolah-olah nilai hidup hanya diukur dari seberapa besar harta yang dimiliki, seberapa tinggi jabatan yang diraih, atau seberapa viral eksistensi mereka di media sosial.

Namun, ada segelintir orang yang justru memilih arah yang berbeda. Mereka hidup sederhana, jauh dari sorotan, namun memancarkan aura kedamaian yang menenangkan. Mereka bukan orang-orang yang miskin secara harta, tetapi kaya dalam makna. Di balik langkahnya yang pelan dan tenang, tersimpan satu kunci yang banyak orang lupakan: ketenangan jiwa.

Hidup Sederhana, Jiwa yang Merdeka

Kesederhanaan bukan sekadar gaya hidup yang irit atau minimalis semata. Lebih dari itu, kesederhanaan adalah wujud dari jiwa yang telah merdeka---merdeka dari keinginan berlebih, dari hasrat yang tak kunjung puas, dan dari tekanan untuk selalu menjadi yang paling unggul. Orang yang sederhana tidak hidup untuk memamerkan, tapi untuk merasakan. Mereka tidak terikat pada apa yang harus mereka miliki, melainkan pada apa yang bisa mereka syukuri.

Coba kita tengok orang-orang yang tinggal di desa, hidup dengan ladang kecil, bercocok tanam, dan bercengkerama dengan tetangga setiap sore. Mereka mungkin tidak memiliki gawai canggih atau kendaraan mahal, tapi lihatlah senyum mereka---tulus, damai, dan penuh syukur. Mereka menikmati hidup apa adanya, tanpa ambisi untuk menjadi orang lain.

Kesederhanaan dalam hal ini bukan kemiskinan, tapi pilihan sadar untuk tidak diperbudak oleh keinginan duniawi.

Ketika Dunia Terburu-buru, Mereka Memilih Berjalan Pelan

Orang yang telah mencapai ketenangan batin tidak hidup dalam kejaran waktu. Mereka sadar bahwa kehidupan bukan perlombaan, dan keberhasilan sejati bukanlah soal siapa yang paling cepat, tetapi siapa yang paling bijak menjalani proses. Mereka tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, tidak panik saat menghadapi rintangan, dan tidak larut dalam ketakutan akan masa depan.

Mereka percaya bahwa setiap hal memiliki waktunya. Jika saat ini belum berhasil, bukan berarti gagal, melainkan sedang belajar. Jika hari ini belum bahagia, bukan berarti hidup buruk, tapi mungkin hati sedang dilatih untuk lebih kuat. Ketenangan jiwa memberi mereka ruang untuk menerima, bukan sekadar mengejar.

Inilah kekuatan orang-orang yang hidup sederhana: mereka tahu bahwa waktu adalah teman, bukan musuh.

Keseimbangan, Bukan Kesibukan

Di era yang mendewakan produktivitas, banyak orang terjebak dalam kesibukan tak berujung. Pagi hingga malam, tubuh terus bergerak, pikiran terus bekerja, tetapi hati makin kosong. Rutinitas menelan makna, dan keberhasilan menjadi tolok ukur tunggal yang sering mengorbankan kesehatan mental.

Sebaliknya, orang yang memiliki ketenangan batin justru mencari keseimbangan, bukan kesibukan. Mereka tahu kapan harus bekerja keras, dan kapan harus berhenti untuk mendengarkan suara hati. Mereka meluangkan waktu untuk hal-hal kecil yang memberi makna---berdoa di pagi hari, membaca buku favorit, berbicara dengan orang tua, atau sekadar menikmati senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun