Mohon tunggu...
Muhammad zacky Mubarok
Muhammad zacky Mubarok Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa stiba ar royah

Zoro to Hero

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Rahmatan Lil Alamin

14 Januari 2021   19:52 Diperbarui: 14 Januari 2021   20:00 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jalan untuk kebaikan, rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya yang berisi jalan/cara mencapai kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat. Hanya kebanyakan manusia memandang jalan Islam tersebut memiliki beban yang berat, seperti kewajiban sholat dan zakat, kewajiban amar ma'ruf nahi munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya. Akan tetapi, sekarang ini banyak yang salah kaprah dalam memaknai rahmatan lil 'alamin tersebut. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah, misalnya memboleh-bolehkan ucapan natal dari seorang Muslim terhadap umat Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat yang tetap mengaku Islam. Dan yang paling parah ada sebagian kalangan yang menggunakan Ayat ke 107 dari Surat Al-Anbiya yang untuk melakukan justifikasi terhadap hal-hal yang jauh sekali menyimpang dari makna rahmatan lil'alamin itu sendiri. Seperti, mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir, tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar. Atau membiarkan orang-orang meninggalkan shalat, membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di depan umum tanpa rasa malu, bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya jika dinasehati, kemudian berkata : "Islam kan rahmatan lil'alamin, penuh kasih sayang". Dan bahkan ada sebagian orang menyepelekan dan enggan mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin.

Sekali lagi perlu ditegaskan disini bahwa pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa sallam menjadi rahmat karena beliau telah memberikan pencerahan kepada manusia yang awalnya dalam kejahilan dan memberikan hidayah kepada manusia yang awalnya berada dalam kesesatan berupa peribadatan kepada selain Allah, itulah makna rahmatan lil'alamin yang sesunggunya bukan sekedar mempersepsikan bahwa dengan adanya Islam maka otomatis akan tercipta suasana sosial yang sejuk, damai dan toleransi dimana saja Islam berada, apalagi sebagai mayoritas. Kalau memang ada kemungkaran, memang ada yang perlu diperangi dan perlu ada pedang yang terhunus dan perlu ada darah yang tertumpah, itu tidak menjadi masalah selama syariat Islam bisa tegak dimuka bumi. Tidak ada artinya damai di dunia tapi nelangsa di akhirat. Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan suatu proses. Artinya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa ujian, kesulitan atau peperangan seperti yang telah terjadi di zaman Rasulullah Saw.

Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Allah dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan-Nya. Secara etimologis, Islam berarti patuh, tunduk, selamat, damai dan sejahtera, Secara Terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh serta menyerah diri dengan sepenuh hati kepada Allah swt dengan mengakui segala kebesaran dan keagungannya disamping untuk melakukan suruhan dan meninggalkan larangan-Nya. Selain itu, Islam juga sebagai aturan dan cara hidup yang lengkap meliputi segala aspek sebuah kehidupan. Sedangkan rahmatan lil `alamin berarti alam semesta yang mencakup bumi beserta segala isinya. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil'alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.

Memang benar agama islam adalah agama rahmatan lil'alamin. Namun banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah. Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini secara serampangan, bermodal pemahaman bahasa dan logika yang dangkal, atau berusaha memaksakan makna dari ayat agar sesuai dengan hawa nafsunya. Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir, tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka sebagai kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar. Kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat, membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di depan umum bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya jika dinasehati, kemudian berkata: "Islam kan rahmatan lil'alamin, penuh kasih sayang".

Adalagi yang menggunakan ayat ini untuk melegalkan berbagai bentuk bid'ah, syirik dan khurafat. Karena mereka menganggap bentuk-bentuk penyimpangan tersebut adalah perbedaan pendapat yang harus ditoleransi sehingga merekapun berkata: "Biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami, bukankah Islam rahmatan lil'alamin?". Dengan menggunakan ayat ini, ada juga sebagian orang menyepelekan dan enggan mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim berkata: "Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran: Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa sallam. Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya.

Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir berkata: "Makna ayat ini adalah 'Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian'. Dengan kata lain, 'satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat. "Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari berk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun