Mohon tunggu...
Muhammad Yuwen
Muhammad Yuwen Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bahasyuwen

Anak kecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerasukan Setan Besi

26 September 2020   16:10 Diperbarui: 26 September 2020   16:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KERASUKAN SETAN BESI(Setan Edisi Terbaru)

Telah mulai memudar ucapan maaf diatas tanah ibu pertiwi. Telah mulai hilang kerelaan untuk memaafkan diatas tanah ibu pertiwi. Maaf dan memaafkan mungkin telah menjadi peninggalan zaman nenek moyang yang telah usang. Bukankan di negeri ini kasih sayang disebarkan sejak dahulu kala. Ataukah jeruji besi telah menjadi simbol maaf-memaafkan dan kasih sayang. Sampai kapan palu penentu itu diketuk hanya untuk menunjukkan kekuatan?.

Keindahan dalam relasi manusia telah hilang akibat narsisme manusia itu sendiri yang ingin menunjukkan kekuatannya melalui fasilitas dan pengetahuan yang dimiliki. Agak sedih melihat orang besar dengan masalah kecilnya menggunakan fasilitas yang dimiliki untuk memasukkan yang dianggapnya musuh ke dalam sel besi. Lebih sedih lagi melihat orang kecil dengan masalah kecilnya memasukkan orang kecil ke sel besi. 

Fenomena orang besar dengan perutnya yang besar, dompet besar, hidung besar, mulut besar dan telinga kecil, menggugat sesamanya, menggugat orang kecil. Begitupun dengan fenomena orang kecil menggugat orang kecil, yaa hanya orang kecil, karena sejak kapan orang kecil dizaman sekarang menang melawan orang besar, yang bahkan palu penentu itu sendiri bisa diketuk terlebih dahulu oleh orang besar sebelum diketuk oleh si penentu. 

Padahal masalah yang dengannya ia menggunakan sifat besinya dengan tujuan untuk memasukkan orang lain ke sel besi hanyalah masalah yang tidak akan mengganggu suapan pertamanya dipagi hari. Cukup dengan diam dan kerelaan memaafkan.

Tak perlu perlakuan fisik yang sederhana, tak perlu satu kalimat untuk sel besi menerima orang baru, cukup satu kata "idiot" sepertinya, atau "anjing" sepertinya. Kata "anjing" pun telah dianggap bukan anjing. Layaknya dipanggung peranan itu tak untuk mencari keadilan, namun untuk pamer kekuatan, ia harus menderita. ketuklah tiga kali sambil baca mantra. Simsalabim...PENJARA.

Melakukan proses penyelesaian melalui mekanisme pengadilan memanglah hak warga negara, bukan bermaksud untuk membatasi hak warga negara. Namun, sungguh tidak ada keindahan didalamnya jika hal itu hanya menyangkut hal-hal yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan jalur non-litigasi atau dengan hanya kerelaan hati untuk memaafkan. 

Mekanisme itu jangan sampai dianggap langkah yang wajib ditempuh. Dan mekanisme itu jangan sampai dianggap untuk ajang balas dendam, apalagi pamer kekuasaan. Yaa, kekuasaan. kekuasaan adalah kekuatan yang sah, sedangkan kekerasan adalah kekuatan yang tidak sah. Hanya masalah sah dan tidak sah. Namun telah berapa banyak kekuatan yang tidak sah dianggap sah.

Apalagi sejak adanya uu ite, sel besi itu seakan menggaum-ngaum, pesta penyambutan orang-orang kalah sepertinya. Zaman pun telah membantu uu ite, begitu juga dibantu oleh dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Tak ada alasan untuk tidak tahu hukum atau asas fiksi hukum, asas tersebut memanglah seharusnya diberlakukan. Namun apakah hukum dibuat dengan alasan bahwa untuk kebutuhan masyarakat atau melalui nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat?

Fakta sekarang ini lebih aneh daripada fiksi. Seperti fakta bahwa para pembuat aturan yang tidak mengerti aturan mengatakan bahwa tujuan uu ite dibentuk bukan itu sebenarnya, ada kesalahan. 

Banyak seminar tentang uu ite, para ahli mengatakan bahwa uu ite ini harus diubah, diperbaiki. Hampir setiap lini terdengar keburukan uu ite, pasal karet katanya. Anehnya lagi, sampai sekarang uu ite tumbuh subur dalam setiap tarikan nafas, dalam setiap tarikan nafas uu ite juga berhasil menjerat orang untuk masuk ke sel besi. Apakah sel besi itu adalah "setan edisi terbaru" yang merasuki orang-orang zaman sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun