Mohon tunggu...
Muhammad YusufRiansyah
Muhammad YusufRiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jenderal Soedirman University

Kegiatan saya saat ini adalah Kuliah di jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Era Kerajaan pada Film Sultan Agung: Throne, Rebellion, and Love

17 Oktober 2021   23:40 Diperbarui: 18 Oktober 2021   00:01 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang menarik dari film Sultan Agung ini sebenarnya lebih terletak pada alur ceritanya yang tidak monoton dan sulit ditebak. Mulai dari respon Sultan Agung yang tidak serta merta setuju ketika ditawarkan untuk bekerja sama, Sultan Agung bahkan meminta pajak sebesar 60% dari hasil penjualan dan menyita senjata milik utusan VOC.

Respon dari VOC pun tidak kalah menarik ketika VOC menyadari bahwa akan ada penyerangan ke Batavia oleh Mataran. VOC merespon dengan tetap mempertahankan bentengnya yang dilengkapi persenjataan yang sangat maju untuk saat itu. Namun, yang lebih menarik adalah respon dari VOC pasca penyerangan di Batavia, JP Coen memerintahkan anak buahnya yang sebagian juga merupakan warga lokal untuk menyerang kamp peristirahatan pasukab Mataran di dekat sungai. Pasukan VOC menyerang ketika pasukan Mataram dalam kondisi terluka dan lelah. Strategi VOC ini berhasil membuat banyak korban berjatuhan dari pihak Mataram.

Setelah di gempur habis-habisan oleh VOC, Pasukan Mataram pun tidak langsung menyerah begitu saja, Sultan Agung memerintahkan para panglimanya untuk tetap bertahan dan membangun sumber makanan, seperti buah dan sayur-sayuran. Sultan Agung memerintahkan ini karena Sultan Agung yakin perang bisa berlangsung lama. Tetapi sayangnya, rencana ini diketahui oleh pihak VOC dan kemudian lumbung makanan tersebut dibakar habis oleh mereka.

Pada akhir Film, Pasukan Mataram menyiapkan strategi terakhir yakni meracuni udara di Batavia dengan mengirimkan mayat-mayat yang membusuk melalui Sungai Ciliwung dan pemimpin VOC diracun oleh salah satu mata-mata dari Mataram.

Menurut opini pribadi saya, melihat dari apa yang terjadi pada film di atas, kedua belah pihak sudah melakukan sebagaimana mestinya, dimana Sultan Agung sendiri merasa tidak percaya dengan tawaran yang diberikan oleh perwakilan VOC, dan sekali lagi hal itu menurut saya wajar dilakukan karena memang pada masa itu VOC sudah berulang kali berbohong. 

Pemikiran Sultan sendiri menurut saya sudah tepat, mengingat alasan yang dikemukakan oleh Sultan Agung sendiri mengapa ia tidak menginginkan adanya perang adalah karena ia tidak percaya dengan omongan dan janji manis para perwakilan VOC tersebut. Sultan sendiri berpikiran bahwa hal tersebut adalah awal pula dari monopoli pasar yang kerap terjadi dan dilakukan oleh VOC. 

Mengingat kerajaan sebelumnya sudah berhasil ditaklukan oleh VOC, hal tersebut merupakan salah satu alasan yang memperkuat dugaan Sultan Agung atas maksud jahat VOC. 

Dengan melakukan penyerangan terlebih dahulu, menurut saya hal tersebut juga termasuk tindakan yang rasional dimana memang saat itu VOC berada di wilayah Indonesia atau nusantara sehingga pasukan Sultan Agung memiliki banyak keuntungan atas ini, namun satu hal yang saya kurang setuju adalah kurangnya percobaan diplomasi yang dilakukan oleh Sultan Agung, dimana beliau sama sekali tidak mencoba untuk memberikan kesempatan bagi VOC untuk menjelaskan maksudnya, atau bahkan memberikan waktu bagi VOC untuk mundur. 

Berbekal dari pengalaman yang ada, pasukan Sultan Agung mulai menyerang VOC dimana sebenarnya tindakan tersebut masuk akal karena dengan begitu pasukan Sultan Agung dapat memberikan kejutan kepada pasukan VOC, namun karena minimnya pengetahuan akan kondisi di dalam VOC dan juga kurangnya rencana cadangan yang kemudian membuat pasukan Sultan Agung kalah dan kemudian melarikin diri.

Pada intinya, respon yang ditunjukkan oleh Sultan Agung pasca kedatangan bangsa asing di wilayahnya adalah hal yang sangat wajar dilakukan. Setidaknya hal ini didukung oleh tiga aspek utama, yang pertama adalah kondisi kerajaan sekitar dimana kerajaan-kerajaan dinusantara telah mengalami kemunduran bahkan beberapa telah berhasil dikuasai oleh VOC, lalu yang kedua adalah alasan yang digunakan oleh VOC adalah alasan yang sama dengan apa yang VOC sampaikan kepada kerajaan-kerajaan sebelumnya. 

Lalu yang terakhir, VOC datang menuju wilayah kerajaan Sultan Agung dengan membawa senjata, serta memberikan kesan yang kurang baik bagi Sultan itu sendiri, selain tiga hal di atas sebenarnya masih ada lagi alasan yang cukup rasional mengapa Sultan Agung merespon tawaran VOC dengan peperangan, misalnya VOC yang dikenal memiliki banyak masalah dengan pribumi, dan lain sebagainya.

Sumber

Haryanto, A., & Pasha, I. (2016). Diplomasi Indonesia: Realitas dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun